Mohon tunggu...
clarabelle wenda threesanthy
clarabelle wenda threesanthy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

trust the process

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Memahami Ketergantungan Digital: Dampak Menghabiskan Waktu Lebih Banyak di Media Sosial

24 September 2023   19:22 Diperbarui: 24 September 2023   19:34 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber: summareconserpong.com

Fenomena penggunaan media sosial telah mengalami ledakan popularitas dalam dekade terakhir, membentuk lanskap digital yang mendominasi kehidupan sehari-hari. Dari platform-platform mega seperti Facebook dan Instagram hingga aplikasi bebrbasis gambar seperti Snapchat dan TikTok, kecanggihan teknologi memfasilitasi koneksi manusia dan pertukaran informasi dengan lebih cepat dan mudah. Namun, seperti dua sisi mata uang, manfaat dari media sosial seringkali terimbangi oleh risiko menghabiskan waktu berlebihan di platform ini, membawa dampak buruk terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan sosial.

Menghabiskan waktu yang berlebihan di media sosial bukan lagi hanya perilaku biasa, tetapi telah menjadi bentuk kecanduan modern. Dalam dunia yang terus terhubung, masyarakat seringkali menemukan diri mereka terjebak dalam siklus tak terputus dari memeriksa balasan, menyukai foto, dan membaca berita terbaru. Ketergantungan ini dapat memengaruhi produktivitas, gangguan tidur, dan kualitas interkasi sosial secara langsung. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dampak negatif dari kebiasaan ini dan mencari keseimbangan yang sehat antara koneksi digital dan realitas sekitar. 

Pada artikel ini akan memaparkan mengenai konsekuensi dari menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial. Dari perubahan perlaku hingga dampak kesehatan mental, kita akan menjelajahi bagaimana ketergantungan pada platform digital dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Lebih dari sekedar menyuarakan peringatan, artikel ini juga akan menyajikan strategi yang dapat membantu membimbing individu agar dapat memanfaatkan media sosial secara bijak dan mengintegrasikan penggunaan yang seimbang dalam rutinitas harian mereka. 

Menghabiskan waktu lebih banyak di media sosial telah menjadi kebiasaan umum di era digital ini. Namun, tanpa disadari, hal ini dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan sosial. Penelitian telah menunjukkan paparan berlebihan terhadap konten media sosial dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Perbandingan sosial yang konstan dengan orang lain di platform ini dapat merangsang perasaan tidak adekuat atau kurangnya pencapaian dalam hidup, mengarah pada penurunan harga diri dan kualitas mental yang buruk. 

Selain itu, menghabiskan waktu yang berlebihan di media sosial juga dapat mempengaruhi kualitas tidur. Banyak orang cenderung membuka media sosial sebelum tidur, tetapi konten yang merangsang otak seperti berita berat ataua perdebatan online dapat mengganggu proses tidur dan membuat seseorang sulit untuk tidur nyenyak. Hal ini berkontribusi pada gangguan tidur dan kelelahan yang pada gilirannya mempengaruhi produktivitas dan kinerja sehari-hari. 

Interaksi langsung dengan orang lain juga dapat terganggu akibat penggunaan media sosial yang berlebihan. Ketergantungan pada platform ini sering menyebabkan kurangnya fokus pada situasi sosial nyata di sekitar, mengganggu komunikasi dalam kelompok teman dan keluarga. Penggunaan yang berlebihan juga dapat memicu perilaku asosial di mana individu lebih suka berinteraksi dengan perangkat daripada orang lain di sekitar mereka. 

Beberapa orang yang menghabiskan waktu lebih banyak di media sosial sadar bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan mental, namun masih saja melanjutkan kebiasaan tersebut. Hal ini dapat termasuk ke dalam disonansi kognitif. Pada buku yang berjudul "The Dynamics of Persuasion Communication and Attitudes in the 21st Century", Richard Perloff (2017) mengatakan bahwa disonansi merupakan perselisihan, ketidaksesuaian, atau perbedaan. Disonansi kognitif terjadi ketika ada ketidakcocokan antara pikiran atau elemen mental. Dua pemikiran berada dalam keadaan disonansi ketika satu pemikiran bertentangan dengan pemikiran lainnya. Disonansi kognitif mendorong seseorang untuk mencari cara mengatasi suatu konflik, baik dengan merubah keyakinan atau perilaku, mencari informasi tambahan, atau membenarkan tindakan yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka.  

Keseluruhan, menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial dapat menghasilkan dampak jangka panjang yang serius pada kesejahteraan fisik dan mental. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi disonansi kognitif terkait dengan menghabiskan waktu yang berlebihan di media sosial seperti memiliki kesadaran akan risiko-risiko negatif pada kesehatan mental, menetapkan batas waktu yang jelas untuk menggunakan media sosial dan mematuhi bata tersebut, dan terakhir mengidentifikasi alasan di balik kebiasaan menghabiskan waktu berlebihan di media sosial. Penting bagi individu untuk mencari keseimbangan yang tepat antara penggunaan media sosial dan aktivitas kehidupan nyata. Mengambil langkah-langkah tersebut penting demi mempertahankan kesehatan dan keseimbangan dalam hidup digital saat ini. 

Daftar Pustaka: 

Perloff, R. M. (2017). The dynamics of persuasion communication and attitudes in the 21st Century. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun