Direktur dan Chief Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale Indonesia, Budiawansyah, menyebut hasil ini sebagai kabar baik. "Kami tidak akan lengah. Semua langkah dijalankan dengan tanggung jawab," kata Budiawansyah. Hingga hari ke-22, tercatat 206 aduan dari enam desa terdampak telah diverifikasi dan ditangani, dari layanan kesehatan, bantuan penghidupan, hingga perbaikan infrastruktur publik seperti jembatan dan saluran irigasi.
Bupati Luwu Timur, Irwan Bachri Syam, menegaskan kembali pesan itu. "Masyarakat bisa tenang karena air dinyatakan aman. Pemerintah bersama PT Vale Indonesia dan tim ahli tetap akan melakukan pemantauan rutin," ujarnya. Di lapangan, Tony Rahmat Suhartono, konsultan independen yang juga bekerja dengan Bank Dunia dan tim IPB, melihat langsung respons cepat perusahaan. "PT Vale sudah all out. Persoalan urgent cepat teratasi, meski ada yang perlu tindak lanjut. Tapi langkah itu sudah dimulai sejak awal," kata Tony.
Dr. Ani Mardiastuti dari IPB University menambahkan catatan moral. "Musibah ini pembelajaran bagi kita semua. PT Vale Indonesia memberi contoh kecepatan dan kesigapan dalam menangani prioritas. Itu hal yang harus jadi rujukan bagi perusahaan lain," ujar Ani.
Reputasi dan Jejak
PT Vale Indonesia sendiri, meski punya catatan sejarah bocornya pipa di lokasi yang sama pada 2010, kini berupaya menegakkan standar keberlanjutan. Pada 2024, perusahaan meraih pengakuan tinggi di Indeks Integritas Bisnis Lestari yang diluncurkan Transparency International Indonesia bersama TEMPO Data Science, dengan skor SAPPHIRE untuk tata kelola ESG. Di bidang lingkungan, kategori RUBY diraih berkat penggunaan energi terbarukan dan reklamasi lahan. Tentu, reputasi itu diuji kembali di Lioka.
Tak bisa dimungkiri, kebocoran ini menyisakan luka. Warga baru dua kali panen setelah belasan tahun berhenti menggarap sawah, kini kembali menghadapi kerusakan. Namun, berbeda dari 2010, kali ini penanganan cepat dilakukan, dengan hasil laboratorium yang menenangkan dan upaya pemulihan infrastruktur yang nyata.
Musibah di Lioka menunjukkan: tanggung jawab perusahaan bukan sekadar jargon ESG atau laporan keberlanjutan. Ia diuji di lumpur sawah, di air yang diminum, di udara yang dihirup warga. PT Vale, dengan segala catatan masa lalunya, memilih turun tangan all out.
Musibah di Lioka juga menegaskan satu hal: hubungan manusia dengan alam adalah kontrak sosial paling tua, bahkan sebelum kita mengenal negara dan hukum. Kebocoran pipa PT Vale hanyalah satu bab dari cerita besar tentang bagaimana kita memperlakukan bumi, dan bagaimana bumi menagih balasan.
Seperti kata Aldo Leopold, peletak dasar etika lingkungan modern, "A thing is right when it tends to preserve the integrity, stability, and beauty of the biotic community. It is wrong when it tends otherwise." Dalam kaca mata itulah, tanggung jawab PT Vale Indonesia diuji. Dan di Towuti, ujian itu masih berlangsung.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI