Mohon tunggu...
wella febrina
wella febrina Mohon Tunggu... mahasiswa

suka traveling

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pola Makan Mahasiswa

2 Oktober 2025   18:33 Diperbarui: 2 Oktober 2025   18:32 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mahasiswa yang tinggal di kos menghadapi tantangan besar dalam mengatur kebtuhan sehari-hari, termasuk urusan makanan. Hidup jauh dari keluarga membuat mereka harus mandiri dalam mengatur pola makan, sementara kondisi keuangan yang terbatas serta jadwal kuliah yang padat sering kali membuat mahasiswa lebih mengutamakan kepraktisan dibandingkan nilai gizi dari makanan yang dipilih. Makanan cepat saji, gorengan, hingga mie instan menjadi menu favorit karena mudah didapat, murah, dan mengenyangkan.
   Namun, kebiasaan ini tanpa disadari bisa berdampak pada kesehatan. Tubuh membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Jika salah satu komponen gizi ini tidak terpenuhi, maka mahasiswa akan berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan.
Beberapa penelitian di berbagai kota menunjukkan bahwa pola makan mahasiswa kos umumnya kurang seimbang. Karbohidrat sederhana menjadi sumber energi utama, terutama dari nasi putih, mie instan, dan makanan berbahan tepung. Gorengan juga hampir selalu hadir dalam menu sehari-hari karena harga nya murah dan mudah ditemukan di sekitar kampus.
Di sisi lain, konsumsi lauk pauk yang tinggi protein, seperti ikan, ayam, dan daging, cenderung lebih rendah karena harga nya relatif mahal. Sayur dan buah juga sering diabaikan karena dianggap merepotkan untuk diolah atau cepat layu jika disimpan terlalu lama. Akibatnya, asupan vitamin, mineral, dan serat yang penting untuk kesehatan tubuh menjadi tidak tercukupi. Kondisi ini menyebabkan pola gizi mahasiswa kos cenderung :
1. Tinggi karbohidrat sederhana, yang cepat membuat kenyang tetapi tidak bertahan  lama.
2. ⁠Tinggi lemak jenuh, terutama dari gorengan dan makanan cepat saji.
3. ⁠Renda protein, sehingga memengaruhi pembentukan otot dan daya tahan tubuh
4. ⁠Rendah vitamin dan mineral, terutama vitamin C, zat besi, dan kalsium.
Penelitian semakin menegaskan hal ini. Anggraini dkk. (2023) di Kepulauan Riau menemukan bahwa bahkan mahasiswa gizi yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan masih memiliki pola komsumsi buah dan sayur rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi saja tidak cukup untuk menjamin pola makan yang baik. Selain itu, penelitian Agung, Ruwiah, dan Paridah (2022) membuktikan ada nya hubungan antara pola makan, tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi mahasiswa, sehingga faktor gaya hidup non makanan juga ikut berpengaruh.
Pola makan mahasiswa kos tidak terbentuk begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Keterbatasan biaya hidup
Banyak mahasiswa memiliki anggaran terbatas untuk makan setiap bulan. Mereka akhirnya memilih makanan murah yang mengenyangkan, meski kandungan gizi nya rendah.
2. Kesibukan kuliah dan aktivitas lain
Jadwal kuliah, organisasi, dan kegiatan lain membuat mahasiswa jarang punya waktu untuk memasak. Membeli makanan jadi dianggap lebih praktis.
3. Kurangnya pengetahuan tentang gizi
Tidak semua mahasiswa paham mengenai pentingnya gizi seimbang. Banyak yang menganggap asal kenyang sudah cukup, tanpa memperhatikan kualitas makanannya.
4. Lingkungan pergaulan
Kebiasaan makan bersama teman atau nongkrong di kafe membuat mahasiswa lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji dan pesan online
5. Keterampilan memasak yang terbatas
Sebagian mahasiswa tidak terbiasa memasak, sehingga mereka lebih memilih makanan instan atau warung terdekat.
Selain itu, penelitian Martanti (2024) pada mahasiswa Universitas YARSI menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi berpengaruh nyata terhadap perilaku makan. Mahasiswa dengan pengetahuan gizi lebih tinggi cenderung memiliki pola makan lebih sehat, walaupun faktor ekonomi dan lingkungan tentap menjadi hambatan besar.
Jika kebiasaan pola makan tidak seimbang ini berlangsung lama, dampak yang muncul tidak hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga pada aktivitas belajar. Beberapa dampak yang sering terjadi adalah:
a. Anemia
Kurangnya konsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah atau sayuran hijau, bisa menyebabkan anemia. Gejalanya antara lain cepat lelah, pusing, dan sulit berkonsentrasi.
b. Kekurangan energi kronis (KEK)
Terjadi jika kalori yang masuk lebih rendah dari kebutuhan harian. Mahasiswa akan tampak kurus, lemah, dan kurang bertenaga untuk beraktivitas.
c. Obesitas
Sebaliknya, konsumsi berlebih karbohidrat sederhana dan lemak jenuh dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak sehat.
d. Menurunnya kosentrasi belajar
Otak membutuhkan energi dan zat gizi tertentu agar bisa bekerja optimal. Pola makan tidak seimbang bisa menurunkan daya fokus, sehingga prestasi akademik ikut terpengaruh
e. Risiko penyakit jangka panjang
Jika pola makan buruk ini dibiarkan bertahun-tahun, mahasiswa berisiko lebih tinggi terkena penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, dan kolestrol tinggi.
Studi oleh Ichsan dkk. (2024) juga menunjukkan bahwa perubahan pola makan selama pandemi tidak selalu langsung tercemin dalam status gizi, namun dampaknya bisa terasa dalam jangka panjang, terutama bila disertai stres dan pola tidur buruk.
Meski kondisi kos punya banyak keterbatasan, mahasiswa tetap bisa menjaga pola makan sehat dengan langkah-langkah sederhana. Beberapa solusi yang bisa diterapkan antara lain:
- Membuat jadwal makan teratur
Tidak melewatkan sarapan, makan siang, dan makan malam. Makan teratur membantu metabolisme tubuh tetap seimbang.
- Menyediakan stok makanan bergizi dan murah
Tahu, telur, tempe, dan sayur-sayuran lokal adalah contoh bahan makanan bergizi dengan harga terjangkau.
- Membatasi makanan instan
Mie instan boleh saja dikonsumsi, tetapi jangan lebih dari 1-2 kali dalam seminggu.
- Menyisihkan uang saku untuk buah dan susu
Walau sedikit, konsumsi buah dan susu bisa membantu melengkapi kebutuhan vitamin dan mineral
- Memasak sederhana di kos
Tidak perlu menu rumit. Memasak nasi, telur dadar, dan sayur bening saja sudah jauh lebih sehat dibanding makan mie instan setiap hari.
- Memasak bersama teman
Selain hemat, memasak bersama bisa meningkatkan variasi menu dan membuat makan lebih menyenangkan.
- Mengelola stress dan tidur cukup
Faktor psikologis juga penting agar status gizi tetap optimal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun