Â
HUJAN :
PARADOKS DAN Â TRAUMATIK
ada gerimis kecil turun perlahan dan lambat
jam tanganku menunjukkan pukul dua lebih tigapuluh menit
dini hari
hujan di zaman
cuaca ekstrim
seperti sekarang ini
turun kapan saja
tanpa agenda
yang jelas
dan detil
hujan turun
nyaris selalu surprise
dan mengagetkan
para petani dikampung
atau dikota
menyambut hangat hujan yang turun
karena akan menyuburkan tanaman
di sawah, ladang
atau di pot-pot yang tergantung
di belakang rumah
hujan bisa juga melahirkan banjir dan longsor
yang banyak menimbulkan korban
pohon tumbang
rumah roboh
karena fondasi tak kokoh
hujan memang
sebuah paradoks
ada yang menunggu
namun ada yang
menolak
termasuk para pawang
yang diorder oleh mereka
yang punya kepentingan khusus
hujan selalu datang
mengusung
pengalaman traumatik rakyat jelata
yang terluka
tergores derita
hidup di tenda pengungsian
bahkan dikompleks pemakaman
di dekat kolam
di gedung sekolah
di rumah ibadah
tatkala tenda-tenda pengungsian penuh sesak
oleh bayi
balita dan kaum
lansia
hujan dan banjir menorehkan sejarah hitam
dalam kehidupan warga bangsa
hujan banjir longsor
banyak menimbulkan korban jiwa
kini pukul setengah dua siang
hujan turun deras sekali di wilayahku
bagi warga gereja
hujan bagaimanapun
pernah menghadirkan paradoks, traumatik
isak dan tangis
hujan tetap saja
berkat dari Tuhan yang mesti di apresiasi
di tengah derasnya air hujan yang nyaris merendam
halaman rumah
umat dengan riang melantunkan narasi :
"hujan berkat kan tercurah
itulah janji kudus
hidup segar dari sorga
kan diberi Penebus
hujan berkatMu
itu yang kami perlu
sudah menetes berkatMu
biar tercurah penuh!"
iman umat
acap terbina dan
dikuatkan melalui tetesan air hujan
melalui lirik lagu pujian gerejawi
tak selalu
melalui kotbah
para pendeta
yang lantang cemerlang
dan acap dipenuhi power point!
Jakarta, 4 Januari 2023/pk.14 00
Weinata Sairin.