MENGHIDUPI DUNIA YANG KUMUH LUSUH
kita taklagi hidup dalam sebuah dunia yang sepi
aman
nyaman
ramah
penuh silaturahim
kita sejatinya sedang hidup dalam sebuah dunia
yang sangar
garang
penuh turbulensi
bergejolak
diwarnai tindakan kriminal
krisis moral
dan sikap abnormal
alam juga seolah menambah parah kondisi
dunia yang sedang krisis
angin puting beliung menumbangkan pohon-pohon besar
banjir merendam rumah-rumah penduduk
kilat dan petir menyambar pohon-pohon tua
nyaris tiap hari
ada saja insan yang terbunuh
karena ulah kkb
aksi kaum teroris
tindakan kriminal para begal
kasus pelakor
dan pernikahan
semu dan artificial
perdagangan orang
kekerasan terhadap anak,
perempuan
kasus ott para pejabat publik
kasus dpo yang puluhan tahun
takpernah menyerah
karena beking yang kuat
sementara kisah durentiga
yang belum tuntas
walau telah melampaui beberapa episode
hari-hari ini negeri ini riuh rendah oleh suara-suara di ruang publik
akibat kenaikan bbm
seperti biasa kenaikan bbm akan memicu kenaikan sembako
mendorong penimbunan bbm
memberi peluang bernas
menggorengnya demi kepentingan politik
menuju 2024
kita sedang menghidupi sebuah dunia
yang ruwet
yang berguncang tiada henti
yang semua aspeknya nyaris bobrok
mungkin sebuah dunia yang sedang menuju
titik akhir
seperti yang dirumuskan dalam eskatologi
sejak abad-abad pertama
manusia di
 zaman akhir seperti ini
harus makin soleh, beriman tangguh
hidup lurus kudus
membinasakan akar pahit yang pernah tumbuh dalam sejarah kehidupan
memperbanyak
zikir dan tadarus
melakukan metanoia
tobat nasuha
berbuat amal
kebajikan
hingga maut
menjemput
hingga maut
menjemput
Jakarta, 5 September 2022/pk.14.11
Weinata Sairin