SESUDAH HUT KE-77 NKRI
sesudah kita sebagai bangsa
tenggelam dalam rasa syukur sukacita
dan eforia
menyambut hut ke-77 nkri
di seluruh negeri
maka kita sebagai bangsa dan warga bangsa
takbisa lagi
duduk-duduk manis menikmati bandrek
empon-empon
atau kopi luwak
apalagi
bergosip
menafsir tanpa ujung berbagai peristiwa dalam alur pikir kita yang sempit terbatas
acap bernuansa sara
berspekulasi
tentang motif si ini atau si itu menembak
bak seorang pengamat
bertitel phd
kita harus pulih lebih cepat
bangkit lebih kuat
dari kondisi keterpurukan
akibat virus-virus
yang terus menggerus
kata pak presiden
bangsa kita takboleh lagi
menampilkan politik identitas
kita semua paham
politik pemecahbelah seperti itu pernah terjadi di ibukota negara
beberapa tahun yang lalu
yang menyebabkan seorang tokoh
meringkuk dibalik jeruji besi
tragisnya itu terjadi atas rekomendasi seorang tokoh masyarakat yang kini telah menjadi petinggi
politik identitas
yang memperalat sara
menyisakan luka dan duka
menahun
yang merobek-robek kesatuan bangsa
bisa jadi rumus politik identitas akan dipakai lagi tahun 2024
oleh aktor-aktor yang sama
yang memenangkan kontestasi dengan mereduksi sebuah agama
sebagai alat dan kuda tunggang politik
kita seluruh warga bangsa
memperlakukan agama sebagai penuntun dari kuasa transenden
agama takboleh direndahkan dan dinistakan
sebagai alat transaksi politik
agama harus dimuliakan
di junjung tinggi
sebagai aturan-aturan ilahi
yang memapah umat manusia memasuki rumah abadi
sesudah peringatan hut ke-77 nkri
kita harus makin cerdas berhikmat rukun
menguatkan talisilaturahmi
hidup sejalan dengan syariat agama
tidak melawan hukum
hidup menampilkan persaudaraan sejati
jika kita marah jangan simpan kemarahan itu sampai matahari terbenam
jauhkan dendam
jika memang ada dendam selesaikan dalam spirit agama
jangan diselesaikan dengan kekerasan atau senpi
kedepan nkri harus pulih dan bangkit
nkri harus menjadi garam dan terang
di pentas global!
Jakarta, 18 Agustus 2022/pk.4.14
Weinata Sairin