KENAIFAN DAN SIKAP MEMBODOHI DIRI
angin pagi yang  bertiup pelan lembut
menggoyang dahan-dahan kecil
di depan rumahku
menghadirkan
suasana hening kontemplatif
mengisi jiwa
yang masih jernih
pagi indah
dirajut Tuhan
dengan selalu
mengusung berkat baru
untuk dinikmati
manusia
penuh syukur dan sukacita
di beranda penuh debu
ku merenung ulang
episode kehidupan yang terus berlalu
memahami dan
mendalami ulang
nilai-nilai edukasi dari setiap peristiwa
acapkali kita lugu naif dan bodoh dalam merespons banyak peristiwa
kita takpernah selesai mendalami setiap peristiwa
kita berpikir instant
seperti kita mengocek susu instant
sikap naif bodoh dan nafsu sesaat
melahirkan pembunuhan
kejahatan seksual
pelakor
pencabulan santriwati
dan banyak lagi tindakan barbar
kebobrokan moral
yang dilakukan dalam dunia manusia beradab
sikap naif lugu pura-pura bodoh menjadi alasan utama terjadinya pengulangan dan persebaran
sikap barbar hedonis demonis
seorang petinggi parpol
mempertontonkan kenaifan terbodoh
ketika mubes partai 4 tahunan yang dihadiri lebih 500 peserta memutuskan rumusan yang kurang tanda baca sehingga mengubah arti
mubes merumuskan diksi "anjing sekjen parpol..'
seharusnya ditulis
"anjing, sekjen parpol..."
sang petinggi
tidak segera membuat ralat atas kekurangan tanda baca koma dalam keputusan mubes
tapi ia mengumumkan
bahwa hal itu bukan hanya soal kaidah bahasa tetapi itu keputusan mubes
yag bisa dikoreksi dalam mubes 4 tahun yang akan
datang
Â
petinggi parpol itu amat luarbiasa
kenaifan dan kebodohannya
sikap itu sangat merugikan partai
mungkin partai akan kalah telak dalam pemilu mendatang
dalam hidup ini kita harus bertindak cerdas dan standar
bukan naif dan bodoh
keputusan-keputusan itu dibuat demi manusia
bukan mausia
untuk keputusan
pagi cerah menyeruak dari balik awan hitam
kurampungkan
kontemplasiku
dan siap merajut karya bermakna
mewarai dunia
kita harus cerdas berkualitas
bukan naif dan bodoh!
Jakarta, 8 Agustus 2022/pk 4.10
Weinata Sairin