MEMBERI YANG TERBAIK
hidup umat manusia
diwarnai dengan berbagi dan memberi
kaum philantropis menjadikan memberi itu sebagai bagian integral dari kediriannya dan identitasnya
umat beragama
memahami bahwa berbagi dan memberi
adalah imperatif ilahi
bukan sekadar
tradisi dan budaya umat manusia
bukan hanya wujud simpati
atau empati
alkitab menegaskan
bahwa terlebih berbahagia memberi dari pada menerima
adalah figur selevel yesus yang menyatakan
jika kamu memiliki dua benda
dan saudaramu tidak memiliki apa-apa
berilah satu kepadanya
ajaran agama dipenuhi dengan pengingatan kepada umat untuk memberi dan berbagi
memberi yang terbaik
memberi dengan ikhlas, tulus, tanpa pamrih
terbebas dari cara berfikir kuno : do ut des
aku memberi supaya kamu memberi
memberi bukan
aktivitas transaksional
memberi bukanlah semacam DP
agar nanti pada saat serangan fajar semuanya lancar dan sukses
memberi adalah panggilan hati nurani
sebagai rasa syukur karena Tuhan sudah memberi tiada terhitung jumlahnya
kepada umat manusia
memberi bukan mempertontonkan kebaikan dan kebajikan
memberi adalah mengimplementasikan ajaran agama
kita semua umat beragama
yang ada di berbagai level dan komunitas
sudah banyak sekali menerima
bahkan ada yang berlebihan
sehingga mendorong untuk hidup mewah
kita harus terus memberi dan berbagi
menolong banyak orang yang terjerat belenggu kemiskinan
yang merengkuh kehidupan dalam duka dan derita.
Jakarta, 7 April 2022/pk11.58
Weinata Sairin