HIDUP ITU MENGASIHI BUKAN MEMUSUHI
hidup soleh dan menaati ajaran agama
ternyata tidak mudah dan sederhana
manusia bukan robot yang hidupnya bisa diprogram
dan di kendalikan
remote control
kedirian manusia
dialiri akal budi pikiran dan perasaan
yang acapkali mempengaruhi
untuk hidup paradoks dengan hukum,etika,moral
ajaran agama
saat kita masih kanak-kanak
kedua orangtua
menanamkan sikap jujur, terus terang, sopan, kesantunan dalam bicara
ayah selalu berkata tahun 50 an :
"bahasa itu tidak harus beli, bicaralah dengan kata-kata sopan kepada orang lain"
maka pilihan diksi dalam bicara dan menulis menjadi amat penting
orang tua mendidik kita
tidak dengan segepok teori ilmiah dari buku-buku etika
tetapi dengan sikap, contoh dan teladan
dan sesekali dengan mengutip
ayat alkitab
atau mengulang
cerita guru sekolah minggu
kehidupan di tahun 50 60an sangat rukun dan damai
belum lahir akronim sara
terminologi mayoritas-minoritas belum masuk vokabulari publik
anak-anak kecil
terbiasa bermain ke surau atau langgar
memperingati hari raya keagamaan
antar mengantar makanan
pada saat lebaran
dan natal
sesuatu yang biasa saja
sebagai wujud silaturahim
zaman ini penuh sesak dengan beragam peristiwa
yang melumuri manusia dengan aib dan noda
ada pembunuhan dalam keluarga
ada kdrt
ada perseteruan antar manusia
ada pelecehan seksual
ada perusahaan abal-abal yang menipu rakyat
ada main hakim sendiri berbasis sikap arogan
ada korupsi, terorisme,radikalisme
ada perbuatan beraroma homo homini lupus
kesemuanya hadir
bersama dengan pandemi
menorehkan sejarah hitamlegam
bagi kemanusiaan
agama-agama semuanya mengajarkan cinta kasih, silaturahim, persaudaraan umat manusia universal, saling menolong,
menebar kebajikan
bukan saling memusuhi membinasakan
membunuh
melakukan genocide
kita harus terus mohon kepada Tuhan
agar Ia mencurahkan roh cinta kasih melimpahi kedirian manusia
 menaruh roh cinta kasih itu dalam batin manusia
menuliskan cinta kasih itu dalam hati manusia
sehingga seluruh
gerak hidup umat manusia di kekinian sejarah
dimotivasi dan digerakkan oleh roh cinta kasih.
Jakarta 22 September 2021, pk 10.59
Weinata Sairin