hari-hari itu pun tiba
tatkala pak ebed
mesti mengakhiri
tugas sucinya
memimpin komunitas
di kampung kumuh
ada rasa sedih tergores di wajahnya yang mulai nampak makin sepuh
sepuluh tahun terakhir ia ditugasi memimpin komunitas itu
istri dan satu anaknya telah pindah ke kota setahun yang lewat
agar lebih mudah
menggapai tenaga
kesehatan
pak ebed adalah orang sederhana
ayahnya seorang aktivis gereja di kampung
yang mendorongnya untuk menjadi hamba Tuhan
ia sengaja mengakhiri tugasnya di kampung jati dalam usia 60 tahun
agar ada sedikit waktu untuk menyiapkan masa-masa pensiun di kota
bersama keluarganya
penatua, warga jemaat melepas dengan tetesan airmata pengakhiran tugas pak ebed di jemaat kampung jati
pak ebed dialami sebagai sosok re dah hati, devosional,
penuh empati, mengayomi umat
pak ebed bahkan takpernah memikirkan kepentingan diri dan keluarganya
ia telaten mendengar pergumulan umatnya, mengajaknya berdoa, merawat imannya
di akhir acara
jemaat kampung jati
memberi tanda kasih bagi pak ebed
dua ekor sapi yang mulus dan tambun
diserahkan bagi pak ebed sebagai tanda ikatan kasih
pak ebed menerima dengan sukacita
orangtua pak ebed dulu adalah seorang peternak
pada acara penutup pak ebed menyampaikan kata-kata akhir
ia menyampaikan
terima kasih atas semua kebaikan jemaat yang telah ia alami
ia telah belajar banyak tentang arti hidup di jemaat ini
lalu pak ebed mempersembahkan dua ekor sapi yang ia terima itu
kepada jemaat kampung jati
agar pelayanan makin bertumbuh
dan iman umat makin di segarkan
pak ebed pelayan tulen
yang takpernah komplain tentang viaticum, tentang honorarium bulanan
tentang tunjangan ini itu
pak ebed adalah pelayan sejati dan otentik
yang hidupnya diberkati untuk menjadi berkat.
Jakarta, 23 Juni 2021/pk 14.41
Weinata Sairin