RAKYAT TAKKUAT
MELARAT
sejak zaman pra peradaban
rakyat dibubuhi stigma abadi
sejak era kegelapan
rakyat dipaksa untuk menangggung hidup yang melarat
hidup yang megap-megap tanpa harap
rakyat acap diidentikan dengan kemiskinan
dengan sosok lusuh nir gairah
yang menjadi buruh tani
obyek pemeras tuan tanah
yang berwajah kusam
tiada tersentuh air jernih yang mengaliri perut bumi
yang mengantri sembako berdesakdesak dan ada lansia pingsan tergencet antrian
rakyat adalah sosok pencari pohon kering di hutan
untuk merenovasi gubuknya
lalu terjerat pidana
sekian tahun
rakyat adalah mereka yang takmampu lagi menangis karena airmata kering
adalah mereka yang terluntalunta dipinggir-pinggir kehidupan
kelu, takmampu lagi mengurai diksi
rakyat ( zaman kini)
bangga karena punya dewan yang selalu mengatasnamakan diri mereka
rakyat adalah mereka yang sangat merasakan
bahwa pemimpin negeri mereka bernurani rakyat
yang membela kepentingan rakyat
yang terus berjuang memuliakan kehidupan rakyat
rakyat adalah kita semua pemilik sah republik ini
apapun suku,agama,ras,golongan kita
siapapun kita
diwilayah manapun kita tingggal membangun hidup berkualitas : di jawa, bali, kalimantan, papua, aceh, nusa tenggara,sulawesi utara
di pamekasan, singkil, atau flores, sangir talaud
ya di se antero pelosok-pelosok NKRI
kita adalah rakyat
yang empunya, merawat dan melindungi negeri ini
kita takkuat lagi hidup melarat
kita semua ingin hidup aman,nyaman,ba
hagia di tanah kita
jangan kuras tanah kita
jangan teggelamkan kita
dalam derita tiada berujung
karena eksploitasi alam yang tidak memberi ruang
bagi rakyat jelata!
Tuhan anugerahi hikmat bagi para pemimpin kami,
Tuhan selamatkan kami rakyat melarat!
Jakarta,14 Juni 2021/4.19
 Weinata Sairin