Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dibutuhkan Segera Pemimpin yang Melayani

28 April 2021   07:38 Diperbarui: 28 April 2021   07:46 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.ateja.co.id/

Para pemimpin mesti mengayomi yang dipimpin, membuat mereka aman dan nyaman dalam membangun kehidupan. Pemimpin tidak hanya seorang yang visioner, tetapi juga orang yang peduli dengan pergumulan riil para anggotanya.

Kita bersyukur, dalam beberapa waktu terakhir ini kata "pelayanan", "service", dan "ministry" diberi tempat lebih banyak dalam kehidupan
masyarakat. Kata "pelayanan" berasal dari kata Yunani "diakonia", suatu sikap yang sangat "memanjakan" orang lain. 

Kata ini awalnya diterapkan kepada orangorang yang melayani tamu-tamu di restoran: mengantarkan makanan ke meja makan, mengatur piring, gelas, dan sendok sesuai dengan SOP. Para tamu menjadi "raja" dan dilayani penuh.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang berinsiatif, yang mendatangi dan membantu sepenuhnya. Banyak kantor pemerintah yang
kini menyebut dirinya sebagai Kantor Pelayanan secara eksplisit sehingga warga yang datang dibantu, tidak dipersulit. Ada kepuasan dari warga karena dilayani secara cepat, transparan, menyenangkan, bahkan gratis.

Sebenarnya, semua kantor pemerintah yang berhubungan dengan kepentingan publik harus memahami diri sebagai kantor pelayanan. Para
pejabatnya adalah para pelayan atau diakonos dalam bahasa Yunani! Pepatah yang kita kutip di bagian awal menyatakan dengan tegas bahwa pemimpin adalah pelayan, yakni figur yang menuntun, mengarahkan, membimbing, dan mendampingi dalam perjalanan panjang menuju masa depan ceria.

Pada level apa pun kita membutuhkan pemimpin yang melayani, bukan pemimpin yang dilayani. Kita merindukan kepemimpinan melayani,
bukan kepemimpinan laissez faire ('kendali bebas'), yaitu kepemimpinan yang semuanya terserah kepada yang dipimpin; kepemimpinan yang mandul dan bisu. Kepemimpinan model begini akan hancur digerus zaman!

Pemimpin yang berjiwa pelayan seharusnya jiga adalah figur yang memiliki spiritualitas tinggi, kadar ke agamaan yang kuat dan kukuh sehingga ia akan mampu menampilkan model kepemimpinan andal,tangguh yang mampu menjawab tantangan zamannya!

Selamat berjuang, God bless !

Weinata Sairin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun