Mohon tunggu...
wazna fajri
wazna fajri Mohon Tunggu... Mahasiswa

Untuk membuat tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi nilai nilai Islam dalam proses produksi UMKM halal

6 Oktober 2025   07:52 Diperbarui: 6 Oktober 2025   07:51 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam era globalisasi dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap produk halal, keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) halal menjadi sangat vital, khususnya di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. UMKM bukan hanya tulang punggung perekonomian nasional, tetapi juga memiliki peran strategis dalam memperkuat ekosistem ekonomi syariah. Salah satu aspek penting dalam pengembangan UMKM halal adalah implementasi nilai-nilai Islam dalam proses produksinya, bukan sekadar mencantumkan label halal.

Pengertian Produksi Halal dan Nilai-nilai Islam.

Produksi halal tidak hanya terbatas pada bahan baku yang diperbolehkan menurut syariat Islam, tetapi juga menyangkut proses keseluruhan yang bersih, etis, dan bertanggung jawab. Dalam konteks ini, nilai-nilai Islam seperti kejujuran (shiddiq), amanah, kerja keras (ijtihad), kebersihan (thaharah), dan keadilan ('adl) menjadi prinsip fundamental yang harus tertanam dalam setiap tahapan produksi.

Nilai-nilai tersebut bukan hanya norma moral, tapi juga pedoman praktis yang mendorong UMKM untuk menghasilkan produk yang tidak hanya halal dari sisi zat, tetapi juga thayyib atau baik dari segi kualitas, keamanan, dan kebermanfaatannya bagi konsumen.Diantara nya sebagai berikut:

1. Kejujuran dan Transparansi dalam Produksi

Kejujuran adalah prinsip utama dalam Islam. Dalam konteks produksi UMKM halal, kejujuran tercermin dalam keterbukaan mengenai bahan baku yang digunakan, proses produksi yang dijalankan, serta pencantuman informasi pada label produk. Banyak kasus di mana pelaku usaha mencantumkan label "halal" tanpa sertifikasi resmi dari otoritas yang berwenang, padahal ini menimbulkan keraguan di masyarakat.

Mahasiswa sebagai agen perubahan seharusnya mendorong agar pelaku UMKM mulai membangun budaya kejujuran dan tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata. Dengan begitu, produk yang dihasilkan tidak hanya halal secara legal, tetapi juga secara spiritual.

2. Amanah dalam Menjalankan Usaha

Amanah berarti menjalankan tanggung jawab sesuai dengan kepercayaan yang diberikan. Dalam proses produksi, amanah tercermin dalam komitmen menjaga kualitas produk, tidak mencampur bahan halal dengan non-halal, serta memastikan kebersihan alat-alat produksi. Ketika pelaku UMKM mengabaikan aspek ini demi efisiensi atau penghematan biaya, maka mereka telah melanggar nilai amanah yang diajarkan Islam.

Misalnya, dalam usaha makanan, banyak UMKM yang tidak memisahkan peralatan memasak antara daging halal dan daging non-halal. Padahal, ini bisa merusak status kehalalan produk secara keseluruhan. 

3. Kebersihan dan Kesehatan sebagai Bagian dari Iman

Dalam Islam, kebersihan adalah sebagian dari iman. Konsep thaharah tidak hanya diterapkan dalam ibadah, tetapi juga dalam aktivitas sehari-hari, termasuk produksi barang. UMKM halal harus memiliki standar kebersihan yang tinggi, baik dari segi tempat produksi, peralatan, hingga tenaga kerja. Produk halal yang thayyib tidak akan tercapai jika proses produksinya dilakukan dalam kondisi yang kotor dan tidak higienis.

4. Etos Kerja Islami dan Profesionalisme

Etos kerja dalam Islam menekankan pentingnya kerja keras, disiplin, dan profesionalisme. Pelaku UMKM yang mengimplementasikan etos kerja Islami tidak akan mudah menyerah saat menghadapi tantangan, melainkan terus berinovasi dan memperbaiki kualitas produknya. Islam tidak mengenal kemalasan atau sikap asal jadi, apalagi dalam usaha yang membawa nama halal.

Mahasiswa yang sedang belajar tentang ekonomi syariah atau kewirausahaan Islam sebaiknya menanamkan nilai ini sejak dini, karena dunia usaha memerlukan pelaku yang tidak hanya cerdas, tetapi juga tangguh dan amanah.

5. Keadilan dalam Hubungan Kerja dan Distribusi Keuntungan

Islam menekankan prinsip keadilan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam berbisnis. Pelaku UMKM halal harus adil terhadap karyawan (dalam hal upah, jam kerja, dan hak lainnya), mitra usaha, hingga konsumen. Praktik eksploitasi tenaga kerja, pengurangan takaran, atau manipulasi harga jelas bertentangan dengan prinsip keadilan yang diajarkan Islam.

Prinsip keadilan ini juga bisa diterapkan dalam sistem pembagian keuntungan yang transparan, terutama bagi UMKM yang sudah berbentuk koperasi atau usaha bersama. Dengan menjunjung tinggi keadilan, usaha tidak hanya berkah, tetapi juga berkelanjutan.

-Tantangan dan Harapan ke Depan

Implementasi nilai-nilai Islam dalam produksi UMKM halal bukan tanpa tantangan. Kurangnya edukasi, keterbatasan akses terhadap sertifikasi halal, dan rendahnya literasi ekonomi syariah di kalangan pelaku UMKM menjadi hambatan utama. Di sinilah peran mahasiswa dan akademisi sangat penting untuk melakukan pendampingan, pelatihan, dan kampanye literasi halal.

Harapannya, UMKM halal di Indonesia tidak hanya tumbuh secara kuantitas, tetapi juga berkualitas dari sisi spiritualitas usaha. Produk yang dihasilkan bukan hanya memenuhi standar halal global, tetapi juga merepresentasikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun