Mohon tunggu...
wawan s
wawan s Mohon Tunggu... Buruh - Belajar menulis

Belajar menulis. Menulis sambil belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Medsos Membuat Kita Mundur ke Jaman Pra-Alfabet?

21 November 2021   18:33 Diperbarui: 21 November 2021   18:34 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika kita menengok kembali masa lalu sejarah umat manusia, ada masa yang disebut prasejarah. Jaman prasejarah adalah masa di mana manusia sama sekali tidak meninggalkan jejak kebudayaan, kecuali tulang belulang. Yang membedakan jaman prasejarah dengan era sesudahnya adalah jejak-jejak kehidupan yang diciptakan manusia. 

Masa sejarah dibagi lagi menjadi masa sebelum ada jejak bahasa dan sesudah ada jejak bahasa. Yang saya maksud dengan jejak bahasa adalah guratan-guratan yang menjadi bukti bahwa gagasan dikomunikasikan dengan suatu bahasa.

Perangkat lunak untuk berkomunikasi ini ada dua jenis, yaitu bahasa gambar dan bahasa huruf-angka. Bahasa gambar adalah cara mengkomunikasikan gagasan dalam wujud gambar dari obyek yang dimaksud. Misalnya, berjalan disimbolkan dengan kaki yang melangkah. 

Melihat disimbolkan dengan mata. Memang teknis penggunaannya agak repot. Tapi bahasa gambar lebih kaya makna. Misalnya kata bergerak. 

Ketika ditulis dengan huruf, maka kata yang digunakan adalah "bergerak." Tapi ketika disimbolkan dengan bahasa gambar, akan muncul pertanyaan: apa yang bergerak. Apakah orang yang berjalan? Apakah binatang yang berjalan? Ataukah benda mati yang bergerak? Jika yang bergerak itu berbeda jenis, maka simbolnya juga berbeda.

Era berikutnya adalah munculnya bahasa huruf-angka. Marshal McLuhan menyatakan bahwa bahasa huruf-angka membuat bahasa gambar yang kaya makna menjadi linear. 

Semua simbol diubah menjadi kata yang terdiri dari unsur 26 huruf dan 10 angka. Memang perubahan ini menyederhanakan banyak hal.

Jaman berlalu sampai hadir mesin cetak Guttenberg. Mesin cetak Guttenberg menjadi tanda kejayaan bahasa tulisan huruf-angka. Meski berjalan lambat, namun efek dari mesin cetak Guttenberg ini luar biasa. McLuhan mengklaim bahwa tercetusnya konsep negara juga merupakan imbas dari mesin cetak Guttenberg. Setelah revolusi Perancis, lahirlah secara lebih nyata yang disebut sebagai politik. Deretan penemuan berikutnya adalah mesin uap, listrik dan media nir kabel. Dan akhirnya kita memasuki ke jaman modern.

Dan kemarin, menyongsong milenium ketiga, lahirlah yang disebut sebagai internet. Dengan internet, kita bisa berkomunikasi tanpa hambatan jarak. Internet ini menyediakan dasar bagi metode bersosialisasi yang baru, yaitu media sosial. Media sosial menggantikan bahasa lisan dalam obrolan santai di tepi jalan menjadi teks yang menggunakan media yang hampir selalu "reuseable," bisa digunakan lagi untuk teks yang lain. Sampai di titik ini kita masih menggunakan bahasa huruf-angka.

Namun kemudian lahirlah instagram. Media ini populer dikalangan remaja. Instagram bisa disebut sebagai lambang puncak budaya instan. Untuk bisa mengunggah foto, kita hanya membutuhkan satu alat, yaitu smart phone. Obyek dipotret kemudian diunggah, selesai. Bandingkan dengan yang menggunakan kamera. Mereka membutuhkan alat sebagai pengunggah, yang biasanya desktop atau laptop.

Hal ini, jika dilihat dari paparan sejarah di atas, bisa diartikan bahwa dunia maya membawa kita kembali mundur. Ingat bahwa, ketika awal internet berkembang, sampai sekitar tahun 2010, blog adalah media yang merajai dunia maya. Dengan blog, kita bisa mengunggah artikel, meski bisa juga diisi gambar. Kemudian ada facebook dan twitter, yang memungkinkan penggunanya membuat tulisan yang pendek, sekitar satu atau dua kalimat. Dan Instagram hanya menyajikan gambar, paling plus judul.

Mungkin sebentar lagi akan ada media yang sejalan dengan roh jaman prasejarah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun