Hari sudah malam. Seorang lelaki tua berjambang lebat memasuki kamarnya. Sebenarnya ruangan itu bukanlah kamarnya. Ia mulai tinggal di ruangan tersebut semenjak beberapa hari yang lalu. Ia terpaksa harus berpndah-pindah tempat, karena hidupnya terancam. Kabarnya, para suami yang istrinya ia pertobatkan, bersekongkol untuk menangkapnya. Maka, besok pagi ia berencana untuk pergi. Lelaki tua itu memasukkan pakaian ke buntalan kain yang ia punya. Orang sekarang mengistilahkannya sebagai tas.
Seorang wanita kemudian masuk ke kamar tersebut. Katanya, "Petrus, akankah besok Engkau akan pergi?"
"Ya .. ya..," kata Petrus sambil menganggukkan kepalanya yang dipenuhi dengan rambut beriuban.
"Kemana Engkau akan berpindah?"
Lelaki tua berjambang itu duduk. Ia menarik nafas dalam. "Aku akan pergi ke luar kota. Mereka juga butuh pewartaanku."
Pagi hari berikutnya Petrus telah melewati gerbang kota Yerusalem. Ia berangkat pagi agar tidak ditangkap untuk diserahkan kepada Kekaisaran Roma.
Namun ditengah jalan, Petrus justru berpapasan dengan Tuhan. Petrus tertegun ketika melihat Yesus justru berjalan ke arah kota Yerusalem. Ia kemudian bertanya, "Quo vadis, Domine." Artinya, "Hendak kemanakah Engkau pergi Tuhan?"
Yesus menjawab, "Eo Romam crucifiqi iterum." Artinya, "Aku pergi ke Roma untuk disalibkan kedua kalinya."
Petrus terperangah mendengar jawaban itu. Ia mencoba mengkonfirmasi telinganya. "Tuhan, apakah Engkau sedang akan disalibkan kembali?"
Yesus menjawab, "Benar, Petrus, kembali Aku akan disalibkan." Yesus berlalu dari hadapan Petrus, dan kemudian terangkat ke surga.
Petrus kemudian jatuh berlutut. Ia tahu bahwa Yesus hanya mengalami penyaliban satu kali. Dan kini adalah gilirannya untuk menjalani kemartiran. Ia teringat kata-kata Yesus, "Petrus, ketika masih muda Engkau bisa berjalan kemanapun engkau mau. Tetapi ketika engkau tua, mereka akan menuntunmu ke tempat yang tak kau inginkan."