"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya."
(HR. Bukhari dan Muslim)Â
2. Mengutamakan orang lain meskipun diri sendiri butuh.Â
Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan."
(QS. Al-Hasyr: 9)Â
3. Keselarasan suami istri dalam kebaikan.Â
Kisah ini menunjukkan betapa mulianya keluarga sahabat Abu Thalhah dan istri, yang kompak dalam hal pengorbanan dan kebaikan. Keluarga yang selalu kompak dalam kebaikan, tentulah ditempa dalam kehangatan, syukur, sabar dan qona'ah (merasa cukup dengan pemberian Allah swt). Â Suami berjiwa baik, sedang istri pun mendukung dengan tulus.Â
4. Keikhlasan dalam memberi, tanpa perlu dilihat manusia.Â
Bukan mengajari berpura-pura kaya, padahal hidup seadanya. Tetapi berani memprioritaskan kebutuhan orang lain yang sangat membutuhkan bantuan, betapa pun kita sangat membutuhkannya pula. Bahkan berpura-pura makan demi menjaga kehormatan tamu.Â
"Beranikah kita mendahulukan kepentingan orang lain, meskipun kita sendiri sedang kekurangan?"
Dus, mari jadikan Meja makan kita adalah saksi kebaikan kita, tempat membina keluarga menjadi sakinah mawaddah warahmah, tempat menyambut tamu dengan makanan terbaik dan bukan arena menampilkan kerakusan kita sehingga sering meninggalkan makanan  mubadzir yang mengundang syaitan.
semoga bermanfaat.Â
Â