Pantang menyerah dan Pandai Mengatur Strategi, meski kekuatan senjata dan logistik terbatas, tetapi mampu bertahan dan memporakporandakan pertahanan musuh.
Memiliki Kecerdasan literasi yang mumpuni, dengan menulis babad diponegoro.
Akhir Perang:
Pada tahun 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap secara licik dalam perundingan damai di Magelang. Ia kemudian dibuang ke Manado, lalu ke Makassar, tempat ia wafat pada tahun 1855.
Warisan Perjuangan:
Perang Jawa merupakan perang terbesar di Indonesia pada abad ke-19 dengan syahid mencapai ratusan ribu jiwa. Semangat perjuangan dan keteladanan Pangeran Diponegoro menginspirasi generasi perjuangan berikutnya. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia dan dikenang sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme.Â
Adapun Nilai-Nilai Perjuangan Perang Jawa di bawah Pimpinan Pangeran Diponegoro yang Relevan untuk Generasi Saat Ini diantaranya:
- Keimanan dan Ketaqwaan
Perjuangannya tidak lepas dari pemahaman agama yang utuh, semangat beramal sholeh, dan amar ma'ruf (menebarkan kebaikan) dan nahi munkar (membasmi kemunkaran), serta semangat jihad (bersungguh-sungguh mewujudkan cita kemerdekaan dari penghambaan kepada selain Allah swt).
Relevansi : Di era modern, keimanan menjadi fondasi moral yang penting dalam membangun karakter bangsa.
Cinta Tanah Air dan Nasionalisme
Diponegoro berjuang untuk membela tanah air dengan cara mengusir musuh penjajah.
Relevansi: Generasi sekarang perlu mencintai dan menjaga kedaulatan bangsa dalam bentuk kekinian, seperti melawan korupsi, hoaks, cybercrime, cyberbullying, dan radikalisme, serta memupuk sikap optimisme, perilaku bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, Persaudaraan, Humanity (persamaan hak sesama manusia), penegakan keadilan hukum, keteladanan perilaku positif dan produktif, dst.
Keteguhan dan Konsistensi dalam Prinsip