Momen pergantian keputusan ini diambil saat tim berada di fase yang krusial yang membutuhkan stabilitas, yakni di tengah putaran kualifikasi yang menyisakan beberapa laga penentu P-3. Pergantian ini menimbulkan pertanyaan besar dikalangan suporter, hanya beberapa fihak yang menyetujui pergantian ini.
Mengganti arsitek tim di tengah kompetisi adalah risiko tertinggi dalam manajemen olahraga, yang diyakini publik akan merusak ritme dan pondasi yang sudah dibangun.
Siapa Suruh Mimpinya Piala Dunia?
Sisa 4 pertandingan P-3 dibawah Kluivert meraih 6 point, atas kemenangan 1-0 lawan Bahrain dan China di kandang, hasil ini meloloskan Timnas ke Putaran 4.
Di putaran 4 Timnas berada di Grup B, 2 partai hidup mati berhadapan dengan Arab Saudi dan Irak di Jeddah. Timnas tidak memenangkan 1 pun pertandingan, takluk 3-2 dan 1-0. Hasil ini otomatis memupuskan asa timnas lolos langsung maupun masuk P-5.
Hasil ini tentu saja membuat publik kecewa, diperparah kondisi permainan yang sangat mengecewakan, sama sekali tidak merepresentasikan permainan penuh harapan era STY. Sebagian besar suporter menilai Timnas dibawah Kluivert tidak sepadan dengan kemewahan skuad yang dimiliki.
Kekecewaan, kemarahan atas kegagalan ini diluapkan suporter di berbagai media online. Mereka menyoroti kinerja buruk Kluivert dan sorotan kekecewaan pada PSSI atas pergantian pelatih, ini jelas terlihat dimana suporter di stadion meneriakkan nama STY.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, sempat melontarkan pernyataan siapa yang suruh mimpinya Piala Dunia (footballstar, 24/04/25). Pernyataan itu seolah mengalihkan beban kegagalan lolos ini pada tingginya ekspetasi publik. Â
Ini dapat difahami pula bahwa pergantian pelatih oleh federasi bukanlah sebuah kesalahan federasi, tapi jadi tanggung jawab kolektif atas 'ekspektasi yang terlalu tinggi', apa iya?
Kesempatan lolos piala dunia sedang dibuka lebar-lebar oleh STY, PSSI mendukungnya melalui program naturalisasi. Bagi suporter, mimpi piala dunia itu sesuatu yang wajar apalagi ada kesempatan besar. Mimpi itu kini sirna, entah kapan ada harapan seperti ini lagi, Pergantian pelatih ditengah kualifikasi jadi salah satu sorotan kekecewaan atas federasi.
Mimpi Piala Dunia yang Dipersalahkan