Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Penacinta

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Keputusan Destruktif Pergantian Pelatih: Haruskah Mimpi Piala Dunia Dipersalahkan?

12 Oktober 2025   21:01 Diperbarui: 12 Oktober 2025   22:04 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sedang berduka, luka sepakbola. Mimpi puluhan tahun yang hampir nyata didepan mata untuk melihat Merah Putih berlaga di Piala Dunia harus kandas tak berbekas. Sebuah perjalanan indah menuju AS, Meksiko, dan Kanada pada 2026 berakhir tangisan pedih.

Kegagalan ini tentu sangat menyakitkan, kekalahan adalah resiko pertandingan apalagi dalam partai hidup mati. Kegagalan untuk tampil di Piala Dunia 2026 mungkin lebih besar daripada kelolosan, mengingat Indonesia belum pernah sekalipun lolos dan lawan yang dihadapi adalah mereka yang pernah berada di piala dunia.

Publik pencinta sepak bola tentu memahami situasi ini. Namun kekecewaan tidak lolosnya timnas, bukan semata kekalahan, tapi kemarahan dan mempertanyakan beberapa keputusan federasi selama kualifikasi.

Di tengah perjuangan krusial Putaran 3 lalu, pergantian pelatih dari Shin Tae-yong (STY) ke Patrick Kluivert menjadi sorotan utama suporter. Kluivert mengganti STY saat timnas sudah melakoni 6 pertandingan dengan 6 poin, 1 menang 3 seri pada P-3.

Di Putaran 3, Timnas dibawah STY mampu meraih 4 poin dari Arab Saudi, 2 poin dari Australia dan Bahrain. Raihan 6 poin ini belum mematikan kans timnas lolos langsung ataupun lewat putaran 4. Ditambah pula melihat permainan timnas yang selalu memberi harapan semakin menambah euforia suporter dan optimisme tinggi ke piala dunia, suatu harapan yang rasanya tidak berlebihan pula.

Namun cukup mengejutkan, dengan berbagai alasan yang menimbulkan pro kontra, STY diberhentikan dari kursi kepelatihan Timnas yang disampaikan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/1/2025).

Berselang seminggu kemudian (12/01), Patrick Kluivert diumumkan menggantikannya. Pergantian pelatih ditengah kualifikasi ini cukup menuai perdebatan panjang diberbagai kalangan.

Keputusan Destruktif Pergantian Pelatih di Tengah Euforia Mimpi

Keputusan PSSI untuk memutus kontrak STY dan menunjuk Patrick Kluivert pada awal Januari 2025 menjadi titik balik pertanyaan publik pasca kegagalan. Keputusan ini diambil di tengah perjuangan Timnas Indonesia di Kualifikasi 3 Piala Dunia 2026 Zona Asia. lalu

Sebelum dipecat, STY meninggalkan catatan bagus, mendongkrak peringkat FIFA dari posisi 173 (Desember 2019) ke sekitar 127 (Desember 2024), serta sukses membawa Timnas senior lolos ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, sesuatu yang belum diraih dan masih berpotensi lolos P-4.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir, menjelaskan bahwa masuknya Kluivert yang notabene berasal dari Belanda ini didasarkan pada kebutuhan sosok yang memiliki chemistry, kultur dan komunikasi sehingga mampu memaksimalkan pemain naturalisasi yang mayoritas bermain di Eropa, terutama Belanda (Liputan6, 7/1)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun