Tanggal 5 September 2025, Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw yang bertepatan dengan Hari Amal Dunia. Momen ini menjadi kesempatan istimewa untuk merefleksikan dua hal: meneladani cahaya petunjuk Rasulullah SAW, sekaligus mengevaluasi kontribusi dan aksi nyata kita bagi kehidupan.
Di tengah dinamika era digital saat ini yang menawarkan akses tak terbatas pada informasi, umat manusia seringkali terjebak dalam sebuah paradoks ilmu yang melangit, namun amal yang membumi. Ada sebuah dilema krusial kesenjangan antara apa yang kita tahu dengan apa yang kita lakukan, keilmuan tidak selalu berbanding lurus dengan kontribusi nyata.
Di sinilah letak esensi utamanya, kita berupaya untuk mengharmonisasikan akal dan hati. Mengubah ilmu menjadi kekuatan aksi dalam aml perbuatan, bukan sekadar teori konseptual semata.
Tujuannya adalah untuk mewujudkan sebuah etika universal di mana amal tidak lagi menjadi sekadar empati, melainkan sebuah manifestasi konkret dari pengetahuan untuk perubahan sosial. Kekayaan hakiki seorang manusia diukur bukan dari tumpukan gelar, melainkan dari seberapa besar kebermanfaatan yang bisa ditebarkan.
Banyak ulama dan cendekiawan Islam yang menekankan pentingnya keseimbangan antara ilmu dan amal, karena ilmu tanpa amal adalah kosong, sementara amal tanpa ilmu dapat menyesatkan.
Bagi setiap kita, tantangan ini terasa sangat berat dan nyata. Kita sering terjebak dalam arogansi diri, merasa faham dengan ilmu yang dimiliki tanpa pernah berani mengubahnya menjadi aksi. Menyeimbangkan keduanya adalah keharusan, namun kenyataannya, kita semua masih berjuang untuk mencapai tingkatan itu.
Dengan semua yang pengetahuan dan ilmu yang kita miliki, akankah kita biarkan ilmu mati dalam diam tanpa perbuatan? Mampukah kita menaklukkan ilmu kita agar seiring sejalan bersama amal? Mampukah kita menaklukkan arogansi diri sendiri?
Saat Ilmu Ditantang Amal, Memahami Hakikat
Ilmu dan amal ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Seringkali kita terjebak dalam ilmu dan amal. Rasulullah saw bersabda bahwa keunggulan seseorang tidak diukur dari banyaknya ibadah saja, akan tetapi keunggulan seseorang terletak pada banyaknya ilmu yang dimilikinya.
Hal ini menunjukkan bahwa ilmu menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ilmu adalah landasan bagi setiap tindakan dan amal perbuatan. Tanpa ilmu, amal perbuatan kita bisa menjadi sia-sia dan tidak bernilai.
Namun, seringkalinya kita terjebak dalam perdebatan antara ilmu dan amal. Ada yang fokus pada penumpulan ilmu tanpa disertai amal, dan ada pula yang terlalu menekankan amal tanpa memperhatikan ilmu.