Penting meningkatkan kegiatan keagamaan pada lansia agar lansia merasa lebih tenang, damai dan bahagia dalam menjalani kehidupannya. Fauziah menjelaskan bahwa salah satu bentuk pendekatan untuk menanamkan rasa tenang, damai, dan sejahtera pada lansia berdasarkan gagasan dan sikap positif adalah dengan pendekatan religiusitas.
Pendekatan religiusitas mempunyai dampak yang besar terhadap peningkatan produktivitas hidup lansia. Khususnya pada ketakutan dan kekhawatiran dalam menghadapi kematian (Agustina), sehingga lansia memerlukan dukungan melalui orang-orang di sekitarnya yang mampu mendukung secara spiritual.
Kegiatan spiritualitas ini juga dapat memberikan stimulasi mental dan memperkuat ikatan sosial pada lansia. Disamping juga berbagai aktifitas lainnya, seperti olahraga, kegiatan sosial dan aktivitas lainnya.
Pemaknaan penuaan yang sehat, aktif, dan positif dari sudut pandang lansia ini dapat sejalan dengan tindakan sosial Weber yang mencetuskan empat tipe tindakan sosial: tindakan rasional instrumental, tindakan rasional nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afektif.
Berdasarkan tindakan rasional instrumental, pemaknaan lanisa ini didasari oleh tujuan tertentu meliputi keinginan untuk sehat, menambah pengetahuan agama, dan relasi sosial.
Lansia yang memiliki kualitas religius yang tinggi cenderung akan memiliki pandangan hidup positif, bisa mengatasi stress, memiliki rasa syukur yang besar, dan dapat memberikan dukungan emosional yang baik pada lansia (Masruroh).
Kegiatan spiritual sangat penting dalam memperkuat iman dan memberi ketenangan batin pada lansia  Pemaknaan penuaan yang sehat, aktif, dan positif ini menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana lansia merasa dihargai, bisa berfungsi kembali secara individu maupun sosial.
Spiritualitas sebagai Antidote Penuaan Dini Jiwa
Penuaan seringkali diidentikkan dengan kemunduran fisik, namun ancaman tak terlihat adalah 'penuaan dini jiwa'. Ini bukanlah kerutan di wajah, melainkan kelelahan batin, hilangnya gairah hidup, munculnya rasa hampa, atau bahkan keputusasaan yang menggerogoti semangat seorang lansia, membuatnya merasa tua sebelum waktunya.
Di sinilah spiritualitas berperan sebagai antidote, penawar ampuh yang bekerja pada level terdalam keberadaan manusia. Ia memberikan makna di tengah perubahan, menumbuhkan penerimaan terhadap realitas, dan memupuk rasa syukur yang tak lekang usia, sehingga jiwa kita tetap hidup, bersemangat, dan tercerahkan.
Spiritualitas menawarkan perspektif yang melampaui keterbatasan fisik dan duniawi. Ketika raga mulai melemah, jiwa yang terhubung dengan dimensi transenden akan menemukan kekuatan baru. Ini bukan tentang dogma agama semata, melainkan tentang koneksi dengan nilai-nilai luhur, tujuan hidup yang lebih besar, dan rasa damai yang datang dari dalam.