Dinamika konflik yang kian memanas di Timur Tengah saat ini, telah menelan ribuan korban. Konflik ini juga berpotensi melibatkan banyak negara, menciptakan ketegangan geopolitik yang makin ekstrem.
Eskalasi sekecil apa pun tentunya berpotensi memicu reaksi berantai yang bisa tidak terkendali, menyeret dunia pada ambang 'Perang Dunia ke-3' dengan dampak kemanusiaan yang tak terbayangkan.
Dalam skenario terburuk, (mudah-mudahan tidak terjadi), akan semakin banyak nyawa akan menjadi korban, mengancam peradaban, dan krisis kemanusiaan yang terjadi saat ini, jika tidak dihentikan bisa menjadi malapetaka dunia.
Narasi kekerasan, permusuhan, balas dendam, pamer kekuatan ini jadi mendominasi lanskap geopolitik dunia saat ini, kerinduan akan perdamaian terasa semakin mendalam bagi mereka. Umat manusia, terutama yang berada di daerah konflik, seolah terjebak dalam arena pertumpahan darah, dengan dampak kemanusiaan yang mengerikan menjadi konsekuensi yang tak terhindarkan.
Dalam konteks inilah, pemikiran Mahatma Gandhi tentang kemanusiaan, yang bertumpu pada prinsip tanpa kekerasan dan perlawanan berbasis kebenaran, kembali menemukan urgensinya.
Lebih dari sekadar peninggalan hostoris, filosofi Gandhi menawarkan perspektif jalan terbaik. Penderitaan orang lain, akibat perang dan konflik telah mengusik nurani kemanusiaan kita bahwa semua itu harus dihentikan. Tidak ada alasan yang membenarkan peperangan. Perang adalah kehancuran kemanusiaan.
Mahatma Gandhi: Pejuang Kemanusiaan, Pelopor Tanpa Kekerasan
Mohandas Karamchand Gandhi adalah sosok pejuang humanis India. Pergulatan kehidupannya baik di India maupun di Afrika Selatan telah mendorong dirinya untuk menjadi pejuang kemanusiaan dengan Gerakan Anti-Kekerasan (non-violence).
Setiap gerak langkah perjuangan Gandhi selalu menekankan pentingnya menghargai kemanusiaan, karena manusia dapat mengembangkan diri dan membina persatuan ke seluruh dunia dengan cinta. Kemampuan untuk mencintai membuat manusia mampu berubah, berkembang menuju pada perbaikan dan kesempurnaan.
Menurut Gandhi kebenaran itu adalah Tuhan itu sendiri, namun demikian pemahaman ini tidaklah dimaksudkan untuk menyebutkan konsepsi abstrak, karena Tuhan harus dihadirkan dalam realitas yang kongkrit.
Pemikiran-pemikiran Gandhi dalam bidang kemanusiaan, keagamaan, dan sosial politik, telah banyak mempengaruhi serta menyiapkan perjuangan rakyat India untuk menuju kemerdekaannya pada 15 Agustus 1947.