Nenek tua itu memperhatikan anak cucunya sedang menikmati hari-hari nya. Hari dimana mereka bebas berkeliaran, mengisap sari pemilik hutan tempat tinggal mereka. Setidaknya sampai pemilik hutan ini mengetahui keberadaannya.Â
" Ibu, baru berapa lama kita tinggal disini? Mengapa Ibu sendirian disini tanpa teman? " tanya seorang anaknya kepadanya
"Ah rasanya Ibu sudah 1 bulan lebih tinggal di sini, dulu ibu tak sengaja melompat ke sini dari tempat tinggal yang lama. Dulu kau sudah ada dalam perut Ibu sebagai telur bersama saudara-saudaramu. Kini bahkan kalian juga sudah bertelur dan tinggal menunggu menetas menjadikan cucu ibu semakin banyak.,"
"Apakah aman Bu hutan ini? " tanya anaknya yang lain
"Selama pemilik hutan ini malas membersihkan tempat ini, kita aman tinggal di sini, " kata nenek tua "Di tempat tinggal yang lama kami sangat aman di sana, bahkan dari cerita neneknya Ibu, kami tinggal di sana turun temurun, kalaupun ada yang hilang, kami tak sampai punah, "
"Kenapa bisa begitu Bu? " tanya anak-anaknya kompak.Â
"Karena Pemilik hutan yang lama malas bebersih, kalaupun mereka mau membasmi kami, tak sampai kami musnah mereka sudah berhenti, akhirnya kami yang masih tinggal berkembang biak dan kami kembali banyak lagi, itu cerita dari neneknya ibu, "
Tak lama setelah itu, terdengar suara dari luar hutan, suara manusia, Â "Fitri, mandi keramas sana! " perintah suara yang lebih tua.Â
"Tidak mau keramas, " jawab suara yang masih kecil
Mereka makhluk penghuni hutan hitam itu bersorak mendengar pemilik tempat tinggal mereka tidak mau keramas.Â
***Â
Hari-hari berikutnya suasana hutan hitam masih aman, terdengar suara nenek tua menasehati cucu-cunya yang hendak bertelur.Â
"Kalian kalau bertelur jangan di tepi hutan, nanti ketahuan pemilik hutan, bisa dibasmi kita, " nasihat sangat nenek tua
Saat nenek tua sedang menasehati cucu-cunya, seorang anaknya datang,Â
" Ibu,  banyak yang diculik, ada juga gergaji raksasa menggaruk kita, bahkan pohon-pohon ditebang, sehingga kita  kita semua nampak dari luar, "
Sang nenek tua menghela nafas, lalu berkata, " berarti waktunya sudah tiba, keberadaan kita sudah diketahui sang pemilik, bahkan ibunya, semoga saja Ibunya tidak konsisten membasmi kita sampai punah, " harap sangat nenek.Â
Harapan tinggal harapan, Ibunya Fitri paling anti terhadap mereka, dia konsisten membersihkan rambut Fitri hingga bebas dari parasit yang bernama kutu itu. Ketika nenek sudah sampai lebih dahulu di kertas putih, tempatnya dieksekusi oleh ibunya Fitri, dia menyesal pindah ke kepala Fitri, " Harusnya aku dulu tetap di kepala temannya Fitri, mungkin nasib keturunanku tidak seperti ini, "
Hallo teman-teman, ini adalah kisah bangsa kutu yang di basmi oleh Ibu pemilik kepala, semoga terhibur.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI