[caption id="attachment_352091" align="aligncenter" width="600" caption="Meme boycott Bali yang ramai di Australia. (sumber: akun twitter @FionaPattenMLC)"][/caption]
Menlu Australia Julie Bishop kembali mendesak orang Australia (Aussie) untuk turut serta dalam gerakan memboikot Bali. Gerakan itu harus dilakukan, menurut Bishop, sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Indonesia yang tetap bersikeras akan mengeksekusi dua Aussie terpidana mati kasus narkoba, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Gerakan boikot Bali juga ramai di medsos dengan hash tag boycott Bali (#boycottBali) dan hash tag Bali 9 (#Bali9). Sebagai contoh @FionaPattenMLC, menyatakan, “I'm calling on Australians planning a visit to Bali (or Indonesia) to choose another destination #BoycottBali #Bali9.”
Pengguna Twitter di Indonesia tak tinggal diam. Banyak di antaranya membalas dengan cibiran. Salah satunya adalah akun presenter dan komedian Pandji Pragiwaksono @pandji. “Australian can #boycottbali all they want. That only means no more stupid drunks on board of Indonesian airlines.” ujar Panji.
Standar ganda Australia
Gerakan boikot juga dianggap sebagai gerakan yang standar ganda, cenderung melecehkan Indonesia, dan tidak sadar diri. Misalnya, jika Australia memboikot Bali (Indonesia) karena Indonesia menrapkan hukuman mati, lalu mengapa Australia tidak juga memboikot Amerika Serikat (AS), China, atau Iran.
Tahukah Anda bahwa Negara Bagian Texas sudah mengeksekusi mati 74 orang sejak 2010! Tidakkah seharusnya orang yang memboikot Bali gara-gara eksekusi terpidana “Bali Nine”, secara moral, juga memboikot Texas? Come on, kalian orang Aussie tentunya orang yang cerdas dan terpelajar dan bisa memahami maksud saya!
Maka dari itu, saya juga katakan gerakan boikot Bali itu melecehkan Indonesia, karena standar ganda dan karena Anda pikir cara itu bisa dilakukan terhadap Indonesia yang menurut Anda lebih imperior dibanding Anda. Sementara terhadap AS atau China, mana mungkin Anda berani melecehkan mereka, kan?
Boikot ini juga saya katakan sebagai bentuk tak sadar diri orang Australia. Mengapa demikian, seperti kata juru bicara KBRI di Canberra, Sade Bimantara, di Bali juga banyak kepentingan orang Aussie. Mereka tidak sadar banyak juga orang Aussie yang buka usaha di Bali. Dengan memboikot Bali, mereka akan mematikan usaha sesama warga negaranya. Tidak sadar diri kan, ya!
Oleh karena itu juga, Sade tidak yakin orang Australia akan memboikot Bali. “Satu-satunya kelompok orang yang harus memboikot Bali adalah mereka yang hendak menyelundupkan, memproduksi, atau mengedarkan narkoba di Indonesia. Mereka tahu the game is over buat mereka,” kata Sade.
Jokowi takkan rubah keputusan
Atas dasar pertimbangan bahwa hukum Indonesia tak boleh diatur-atur oleh negara lain dan juga mempertimbangkan bahwa eksekusi mati pengedar narkoba tidak melanggar HAM, Presiden Jokowi menegaskan tidak akan membatalkan hukuman mati Chan dan Sukumaran. Jokowi takkan berkompromi dengan Australia apapun bentuk ancamannya. "Enggak ada (komplain dari Australia), ini kedaulatan kita," kata Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (20/2/2015).
Terakhir saya ingin mengutip tulisan seorang wanita Australia dalam website the Guardian. “How can we ever truly begin to understand each other if we don’t go where we fear, or we only travel to places that have policies we like? What a sad and lonely world that would be.”
So, do you really want to boycott Bali?
Tidakkah Anda sadar bahwa soal ini sedang menjadi komoditas politik di negeri Anda, Australia? Dimana PM Tony Abbott merasa akan tergerus kekuasaannya jika dua warga negara Australia dieksekusi mati di Indonesia saat ia berkuasa!
Apakah politik benar-benar akan menghalangi Anda mengunjungi Bali? Think twice, Guys! (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI