Pada hari sabtu tepatnya tanggal 23 juni 2023, saya bersama dengan kawan saya mendaki gunung Aseupan, yang terletak di daerah Sikulan, Kecamatan Jiput, Menes Kabupaten Pandeglang, Banten. Yang Merupakan salah satu wisata pendakian yang kini mulai diminati banyak orang selain gunung Pulosari dan gunung Karang.
Ini adalah pengalaman pertama saya mendaki gunung, sehingga tidak punya persiapan yang matang terutama dari segi perlengkapan dan logistik untuk mendaki. Saya cuma siap secara mental, bahkan outfit saya termasuk tidak ideal jika tidak ingin menyebutnya tidak nyambung untuk mendaki.
Sebenarnya saya hendak menyiapkan dulu perlengkapannya minimalnya sepatu khusus mendaki, tapi kebetulan kawan saya yang mengantar dan beberapa kali sudah mendaki ke gunung Aseupan itu hanya bisa pada hari sabtu. Sehingga mau tak mau saya ikut jadwal dia.
Dengan berbekal sepatu sneaker, celana kulot, kaos beserta cardigan saya nekat saja. Mengingat cuaca yang cukup tak menentu apalagi hari itu mendung saya agak pesimis takut terjebak hujan. Sehingga walau dengan perasaan was-was saya tetap bertekad, setidaknya saya harus memenuhi rasa penasaran saya walau cuma sekali, pikir saya waktu itu.
Dengan mengendarai motor kami berangkat hingga tiba di daerah Menes, lalu berhenti sebentar di minimarket untuk membeli beberapa camilan sebagai bekal perjalanan. Lima belas menit kemudian kami sampai di desa Sikulan, tepatnya di rumah seorang warga yang menurut kawan saya itu adalah rumah RT yang mengelola wisata pendakian ini.
Orang-orang memanggilnya Abah, namun saat kami sampai disana si Abah kebetulan tidak ada, hanya ada istrinya. Biaya simaksi total 40 ribu, dengan rincian 20 ribu penitipan motor, dan biaya perorang 10 ribu rupiah.
**********
Rute pendakian menuju gunung Aseupan sangat mudah karena hanya ada satu jalan saja, sehingga sangat cocok bagi pemula seperti saya. Kebetulan sebelum kami ternyata sudah ada tiga pendaki yang juga berasal dari Pandeglang, dan mereka juga pemula kata si Nenek.
Tak lama, kami memang bertemu dengan tiga pendaki yang dikatakan si Nenek tadi. Mereka memilih untuk beristirahat, padahal dari pos satu (rumah si Abah) tak terlalu jauh. Saat bertemu kami langsung saling menyapa, bertanya dari daerah mana, apakah mau ngecamp atau tidak. Sampai akhirnya saling memberi semangat.
Saya pada dasarnya memang sudah terbiasa berjalan kaki, jadi saat mencapai pos dua dan pos tiga masih bisa saya tempuh dengan waktu yang cukup cepat. Saat berangkat dari pos satu sekitar pukul setengah sepuluh hingga hampir sampai di pos empat (puncak) pukul 12.45, itu pun saya sesekali rehat juga karena menunggu kawan saya.
Memang agak mengherankan saya yang pemula malah lebih cepat dan kuat, ketimbang kawan saya yang sudah beberapa kali ke gunung Aseupan. Tak lama kami juga berpapasan dengan pendaki yang tendanya kami temui saat di pos tiga, memang jika ingin ngecamp tempatnya di pos tiga, karena pos empat adalah puncak. Tidak ada tempat untuk ngecamp, karena sempit dan sangat curam.