Mohon tunggu...
warna soembang
warna soembang Mohon Tunggu... Freelancer - Bahagialah selalu

melalui warna suarakan nada dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Basoeki Abdullah, Kiprah Pejuang Duta Seni Budaya

11 Desember 2015   10:03 Diperbarui: 4 April 2017   17:05 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hampir semua orang mengetahui Ki Hadjar Dewantara, Pattimura, RA Kartini, Imam Bonjol, dan masih banyak lagi yang lainnya. Poster tersebut tersebar kesegala pelosok negeri ini melalui berbagai media di tahun 70 sampai dengan 90an, baik poster poster edisi cetak mahal bahkan edisi kelas murahan. Sampul tulis, sampul buku sejarah ataupun buku pelajaran yang berkaitan edisi nasionalisme, bahkan berbagai produk popular yang biasa digunakan kala itu seperti uang, majalah ataupun produk lainnya. Lukisan itu begitu banyak bertebaran di masyarakat namun tak banyak yang mengetahui pencipta lukisan tersebut.

Ia adalah Basoeki Abdullah, seorang maestro bergaya naturalistik-realistik yang dekat dengan berbagai orang besar di masanya, dari sang Proklamator Republik Indonesia Ir. Soekarno sampai dengan presiden Soeharto. Selain tokoh tokoh dalam negeri Basoeki Abdullah juga sangat dekat dengan berbagai tokoh di luar negeri terutama Negara-negara tetangga di Asia Tenggara, terutama Thailand, Brunei Darussalam dan Filipina. Kemampuannya mengolah warna, bentuk dan diplomasi ini mampu mendekatkan dirinya kepada berbagai tokoh dunia lainnya dan tetap bangga atas negeri dan bangsanya walaupun lama dan tinggal melalang buana ke berbagai penjuru dunia dan tetap membawa nama baik bangsa sehingga nama Indonesia harum melalui keahlian melukis.

Lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 Januari 1915, Basoeki Abdullah secara alamiah memiliki kemampuan melukisnya diperoleh dari ayahnya yang bernama Abdullah Suriosubroto, seorang pelukis pemandangan pada zaman Belanda. Ibunya adalah Raden Nganten Ngadisah merupakan keturunan keluarga kasunanan Solo dengan nama kecil Raden Ayu Sukarsih, yang telah banyak mengecap keterampilan membatik saat itu. Sementara kakeknya adalah tokoh pergerakkan yang bernama dr. Wahidin Sudirohusodo.

Kakeknya inilah yang menginspirasi Basoeki Abdullah untuk berbuat yang terbaik untuk bangsa Indonesia melalui melakukan yang terbaik di bidangnya masing masing. Seperti yang dicontohkan kakeknya yang berjuang selain melalui organisasi pergerakan tetapi juga melalui jalur pendidikan dan wawasan yang tertuang diberbagai artikel majalah RETNO DUMILAH tentang pentingnya menjaga lingkungan dan kesehatan juga artikel yang menanamkan rasa kebangsaan secara halus, sehingga melalui tulisan tersebut rakyat bangsa Indonesia bisa tersadar.

Nama Soekarno dan Basoeki Abdullah susah dipisahkan. Mereka saling mengenal dan bersahabat sejak sebelum masa revolusi meletus terutama masa masa penjajahan Jepang. Terutama saat bergabung dengan organisasi POETERA (Poesat tenaga Rakjat) yang didirikan oleh Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan K. H. Mas Mansyur tahun1943. Basoeki Abdullah, Affandi dan Sudjojono berperan di bagian kebudayaan. Akan tetapi dalam perjalanannya Jepang lebih memilih mendirikan lembaga kebudayaan kolaborasi yang diberi nama Keimin Bunka Sidhoso (Pusat Kebudayaan) pada 1 April 1943 dimana nama nama kepala bagiannya kebanyakan di ambil dari warga Jepang. Perihal tersebut yang menuai protes dari para pelaku kebudayaan pribumi karena Poetera dianggap yang lahir lebih dahulu. Solusinya adalah melakukan pergantian kepala bagian tersebut dengan nama nama pelaku kebudayaan Indonesia dengan tetap mengkolaborasi organisasi.

Pada masa kolaborasi kedua organisasi ini kesenian Indonesia menggelora terutama pada masa Maret 1942 sampai dengan April 1944. Keduanya saling bergantian mengisi ruang tata pameran seni lukis dan gambar negeri ini. Basoeki Abdullah berperan sangat penting dalam kedua organisasi ini yaitu bertugas mengajar kepada para calon seniman lukis yang tergabung. Basoeki Abdullah secara tidak langsung mencatatkan diri sebagai salah satu mengenalkan pendidikan seni rupa dengan menularkan metode keilmuan pendidikan Eropa yang dimiliki kepada para calon seniman Indonesia saat itu. Maka lahirlah Kusnadi, salah satunya selaku kritikus seni rupa Indonesia dan Zaini, dikenal sebagai pelukis impresionistik yang dikemudian hari menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta.

Di dalam kedua organisasi ini, Soekarno dan Basoeki Abdullah semakin akrab dan dekat satu sama lainnya. Kedekatan tersebut diakibatkan oleh beberapa kegemaran yang sama antara lain kesukaan atas sejarah dan buku. Selain itu kesamaan berikutnya yang sangat penting adalah keduanya sama-sama mengagumi keindahan wanita. Ini tampak dari koleksi lukisan Bung Karno. Dan diantaranya terdapat lukisan-lukisan perempuan telanjang, yang kini disimpan di ruangan khusus di Istana Negara di Bogor. Beberapa adalah karya tangan Basoeki Abdullah.

Kedekatan dengan Soekarno tersebut memberikan spirit tersendiri dalam mengarungi dunia seni lukisnya. Terutama dalam menghadapi kritikan para koleganya di dunia seni lukis tentang pendidikan dan kehidupan sebelum masa revolusi yang pernah belajar dan hidup di Belanda di masa pendidikan seni rupanya. Masukan Soekarno tersebut menjadi pegangan di dalam perjalanan kehidupan berkesenian berikutnya oleh Basoeki Abdullah. Ucapan Soekarno tersebut adalah;

“kita harus mempunyai Politiek Handelen, Bas. Kamu sekolah disana untuk mengambil ilmunya, kamu bergaul disana untuk mengambil keahlian mereka. Kamu kembali kesini untuk menyiarkan ilmu itu ke orang-orang Indonesia. Itu namanya Politiek Handelen. Berpikir secara politik. Dan itu bagus!”

Tetapi paling yang menguatkan adalah ucapan Soekarno yang meniru ucapan Sosrokartono di gedung Keimin Bunka Sidhoso pada suatu saat,

“Bila orang lain seperti saya berjuang lewat jalan politik, dengan pidato dan menggerakkan orang untuk melawan, orang seperti Basoeki bermain di jalan seni. Saya rasa itu pasti ada caranya sendiri. Yang penting kamu harus siap menerima pendapat orang lain, bagaimanapun pedasnya. Pelukis yang hebat btidak pernah mengeluh dengan mengatakan ; jij hebt altijd allen kritiek op mij (kamu selalu mengkritik saya). Terima semuanya. Tetapi buang afbrekende kritiek (kritik yang merusak), dan simpan kuat-kuat opbouwende kritiek (kritik yang membangun). Seni punya evolusio dan revolusinya sendiri.

Kedekatan keduanya saat itu merupakan hubungan saling menguntungkan, sebagai pemimpin negara baru, Bung Karno sangat berkepentingan menunjukkan kiprah Indonesia di segala aspek di pergaulan dunia Internasional. Pada ranah seni, lukisan-lukisan Basoeki digunakan untuk jalur diplomasi untuk kepentingan perjuangan dan keharuman bangsa sehingga sering diboyong ke luar negeri untuk dipamerkan. Salah satunya adalah lukisan lukisan para petinggi Jepang yang banyak dibuat oleh Basoeki atas permintaan Soekarno sebagai alat diplomasi kepada Jepang agar tidak terlalu brutal terhadap bangsa Indonesia. Lukisan Letnan Jenderal Harada dan Letnan Jenderal Imamura selaku penguasa pasukan fasisme tertinggi Jepang di Indonesia saat itu dibuat oleh Basoeki Abdullah atas permintaan Soekarno bahkan karya tersebut diijinkan menjadi sampul majalah Pandji Pustaka edisi 12 September 1942.

Mengesampingkan kritik pedas dari kalangan seniman seniman saat itu terhadap karya-karyanya. Basoeki Abdullah memegang pendapat Soekarno, ungkapan Sosrokartono dan berbagai pengetahuan yang diperoleh keluarganya terutama kakeknya dr. Wahidin Sudirohusodo, Basoeki terus berkreasi dan melukis dengan berkeyakinan dia adalah berjuang melalui jalur seni dan budaya bangsa Indonesia dan suatu saat akan menjadi Duta Seni Indonesia. Tekad tersebut berbuah manis dan juga merupakan awal ketenaran Basoeki Abdullah, dengan mengikuti lomba melukis Ratu Belanda, Juliana. Basoeki Abdullah berhasil memenangkan sayembara melukis potret sang ratu. Dari 81 pelukis dunia yang mengikuti sayembara, hanya 21 orang yang tepat pada waktunya. Dan pemenangnya adalah Basoeki Abdullah. Sayembara melukis ini diadakan pada tanggal 6 September 1948 bertempat di Belanda, Amsterdam, sewaktu penobatan Ratu Juliana.

Masyarakat seni rupa Amsterdam khususnya, dunia seni rupa Belanda dan Eropa terhenyak ada pelukis Asia bahkan tanah jajahan Belanda yang juara. Lukisan tersebut masih tersimpan di Istana Soestdijk, kerajaan Belanda, Amsterdam. Hanya sekali pernah diperlihatkan kepada rakyat Indonesia pada Pameran Tunggal Basoeki Abdullah di Hotel Hilton Jakarta pada tahun 1984. Sejak memenangkan itulah Basoeki Abdullah bukan saja dikenal di Indonesia, namun juga oleh dunia.

Walaupun kemenangan tersebut menurutnya sebagai sebuah kebanggaan tetapi sekaligus kesedihan dan membuatnya sangat menderita, kemenangan tersebut dianggap yang salah waktu karena bertepatan meningkatnya hubungan kedua negara karena terjadi saat Agresi Militer kedua Belanda ke Indonesia. Sehingga kemenangan tersebut mendapatkan kritikan sangat pedas dari para koleganya di dunia seni di Indonesia terutama Sudjojono. Bahkan Dullah selaku pelukis Istana di era Soekarno yang tercatat sebagai pejuang perang menyesalkan pilihan jalan kesenilukisan Basoeki Abdullah tersebut. Dengan pendapatnya;

“Aneh, Basoeki yang keturunan tokoh pergerakan, justru memilih meninggalkan Indonesia yang sedang siap perang, untuk berlalu lalang di Belanda, dan berlomba disana.

Kritikan tersebut tetap diterima tetapi juga sekaligus dijadikan sebagai lecutan untuk terus berkarya, bahkan ketenaran karyanya semakin berkibar sehingga pada tahun 1950 Basoeki Abdullah diangkat sebagai “Kerabat Istana Kepresidenan” oleh Soekarno. Basoeki bahkan semakin dikenal dan menjadi pelukis kehormatan baik sebagai pelukis Istana atau kepresidenan berbagai negara dengan tetap menunjukan kebanggaannya sebagai bangsa Indonesia dengan tanpa pernah untuk menanggalkan kewarganegaraan, walaupun mendulang kekayaan serta fasilitas eksklusif di berbagai negara tersebut. Ketenaran yang semakin tersebar di berbagai belahan dunia tidak mengurangi Basoeki Abdullah untuk menunjukan kecintaan terhadap bangsa dan negaranya melalui dirinya ataupun karya-karyanya dengan mengadakan pameran baik dalam dan luar negeri.

Mendekati akhir hayatnya yang menemui tragedi 5 November 1993, Basoeki Abdullah masih sempat mengadakan pameran 18 – 24 Oktober 1993 di Bank Niaga, Jakarta dengan 70 karya yang berobjek keindahan negeri Indonesia terdapat juga lukisan Pemimpin-Pemimpin Gerakan Non Blok yang sangat besar besar yang seakan menunjukan demikian besar kecintaan terhadap seni lukis dan bangsa ini di usianya yang 78 tahun. Selain diwujudkan melalui karya keteguhannya cintanya terhadap bangsa ini, Basoeki Abdullah juga diwujudkan dengan memberikan sebagian karya dan hartanya kepada Negara Indonesia sebelum terjadi tragedi tersebut, melalui surat wasiat yang dibuat pada 15 Juni 1993 oleh kantor notaris Neneng Salmiah. Harta yang diberikan kepada Negara tersebut pada akhirnya dijadikan Museum Basoeki Abdullah yang berisikan secara khusus tentang Pelukis Basoeki Abdullah. Berdasarkan jasa-jasanya tersebut pada tahun 2012 basoeki Abndullah mendapatkan penghargaan pahlawan Bintang Budaya Parama Dharma dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun