Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Sang Waktu

26 Januari 2019   16:34 Diperbarui: 3 Februari 2019   21:33 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka berpikir bisa saja suara pekik dan jerit tangis wanita dan anak-anak yang terdengar di ujung sana itu adalah suara dari orang tua, saudara, adik atau tetangga mereka yang yang saat ini bisa saja telah jatuh ke tangan musuh-musuh mereka.

"Kita sedang berada di mana?" tanyaku lagi. Tak sabar pada sang Waktu yang masih berdiri tegak di sampingku.

Sedari tadi, di sepanjang jalan, sang Waktu hanya diam melihat beberapa orang yang tadi kulihat tengah membunuh seorang lelaki dan anak kecil yang berada di dalam gendongannya. Melihat tanpa ekspresi ke arah rombongan orang yang tadi bersorak-sorak sambil menenteng kepala pria yang baru saja mereka penggal kepalanya.

Kutatap wajah datar tanpa rasa yang tadi sempat memintaku untuk tetap diam ketika melihat beberapa orang pria yang secara keji memperkosa secara bergiliran seorang wanita, lalu kemudian membunuhnya dengan cara memasukan tangkai cangkul ke dalam lubang kemaluannya.

Serta memintaku agar tetap diam di tempat ketika tadi melihat sekelompok orang yang menggunakan seragam yang sama sedang memerangi kelompok lainnya.

Serta memintaku agar tetap diam ketika melihat sekelompok orang membumi hanguskan bangunan apa saja yang mereka jumpai di sepanjang jalan yang kami lalui.

Masih jelas di dalam ingatanku, ketika bangunan sekolahan, rumah ibadah, serta gedung-gedung pemerintahan dan juga rumah-rumah masyarakat yang mereka bumi hanguskan tadi.

Perang ini kulihat bukan lagi peperangan untuk menguasai sumber daya alam semata. Perang yang timbul dari percikan api kebencian ini kulihat sudah pada tahap untuk memusnahkan lawan-lawannya.

Di sepanjang jalan, yang kulihat hanyalah pertikaian yang ada. Masing-masing pihak yang bertikai kulihat mulai berpikir jika kelompok Suku, Agama, Ras dan Golongan mereka ingin tetap ada. Maka tidak ada cara lain selain memusnahkan kelompok Suku, Agama, Ras dan Golongan yang menjadi lawan mereka.

Tidak ada tawanan perang di sini. Setiap daerah musuh yang telah berhasil mereka kuasai,akan mereka musnahkan seluruh bangunan beserta orang-orang yang berada di dalamnya.

"Di salah satu wilayah bekas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI." kata sang Waktu tanpa menoleh ke arahku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun