Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Sang Waktu

10 Oktober 2018   16:05 Diperbarui: 12 Oktober 2018   10:36 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Tujuh

Ruang Waktu

 

Sang waktu melambaikan tangannya seolah memanggilku dari ujung sana, Sang fajar melihat kearahku, lalu sambil tersenyum dia menganggukan kepalanya, seolah memintaku agar segera pergi ketempat dimana Sang Waktu berada saat ini.

Aku segera beranjak dari tempat dudukku, anak kecil yang wajahnya begitu mirip dengan wajah Sang Fajar itu kulihat mendatangiku, setelah sampai didepanku ia memintaku agar aku mengikutinya dari belakang.

Sebelum meninggalkan ruangan, sekali lagi kutatap isi ruangan tempat dimana Sang Fajar, lelaki muda dan pria tua yang tadi kulihat sedang membaca koran itu berada. Aku keluar meninggalkan anak kecil yang wajahnya begitu mirip dengan Sang Fajar itu di depan pintu dan semua keajaiban ruangan kerja milik Sang Fajar itu.

Aku terus berjalan menuju kearah dimana Sang Waktu dan teman-temanya itu berada. Setelah berjalan cukup jauh, masih sedikit penasaran, aku berpaling kebelakang, melihat kearah bangunan megah berwarna putih dimana aku tadi sempat duduk di dalamnya.

Dan lagi-lagi aku merasa aneh sendiri. Karena saat ini aku tidak mampu untuk melihat isi dalam ruangan itu, padahal tadi jelas-jelas ketika berada di dalam sana, aku melihat bahwa seluruh dinding ruangan megah berwarna putih itu begitu transparan dan tembus pandang, hingga aku mampu melihat semua kejadian yang berlangsung di luar bangunan megah itu.

**


Diantara sang waktu, kulihat ada wanita cantik paruh baya yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam pekat yang menutup hingga kekepala-nya serta lelaki muda yang tadi kulihat datang dari masa kini sedang berbicara pada lelaki lebih muda yang berasal dari masa depan.

Lelaki muda yang berasal dari Masa Depan itu mendatangiku, sambil tersenyum dia mengulurkan tangannya memberikan sesuatu dari balik jubah panjang yang dikenakan-nya.

Kutatap Sang waktu yang berada persis di depanku, dia menganggukan kepalanya, seolah memintaku untuk segera menerima pemberian lelaki muda dari masa depan itu.

Aku terima bungkusan dari lelaki muda yang berasal dari masa depan itu sambil menatap bungkusan yang baru saja kuterima itu, sekilas kulihat bungkusan itu seperti pakaian, namun jujur saja aku belum pernah melihat model pakaian seperti yang berada di dalam bungkusan itu.

Setelah menerima bungkusan dari lelaki muda yang berasal dari Masa Depan itu, Sang Waktu memintaku untuk segera mengganti pakaian yang kukenakan saat ini dengan pakaian pemberian dari lelaki muda yang berasal dari masa depan itu.

Dewi Malam memintaku agar aku mengikutinya, aku menatap kearah Sang Waktu, dan seperti yang sudah-sudah dia kembali menganggukan kepalanya seolah memintaku agar aku segera mengikuti langkah kaki Sang Dewi Malam yang terus berjalan meninggalkan Aku.

Kulangkahkan kakiku menuju ke dalam bangunan megah tempat dimana Sang Dewi Malam itu biasa menghabiskan hari-hari di dalamnya.

Dewi malam membuka pintu bangunan megah yang semuanya berwarna hitam serta memancarkan cahaya berwarna hitam itu.

Begitu masuk kedalam ruangan megah berwarna hitam itu, kedua mataku menyapu keseluruh penjuru ruangan, kulihat sama persis seperti bangunan megah yang di tempati oleh Sang Fajar.

Bangunan megah yang begitu mirip dengan bangunan di depannya itu juga tembus pandang, dimana saat ini aku bisa melihat keadaan di luar bagunan megah ini. Hanya saja jika bangunan megah yang di tempati oleh Sang Fajar adalah berwarna putih semua, maka bangunan ini semuanya berwarna hitam.

Sekali lagi kutatap isi ruangan. Di ujung sana, dari balik gelapnya cahaya malam aku mencoba membaca suatu tulisan disalah satu pintunya.

Tanpa sadar kakiku terus melangkah memasuki ruangan besar milik Sang Dewi Malam dan baru berhenti di depan ruangan besar yang ada tulisan " Alam Hayalan ".

Sedikit penasaran aku coba melongokan kepalaku ke arah dalam ruang Alam Hayalan yang sedikit terbuka itu.

Sebelum aku sempat melihat isi ruangan Alam Hayalan itu, tiba-tiba aku mendengar suara seseorang memanggilku dan sepertinya suara itu sudah tidak begitu asing lagi ditelingaku.

Sedikit kaget, sambil berpaling kebelakang aku menatap wanita paruh baya berusia sekitar tiga puluh lima tahunan itu, kutatap wajah sedikit pucat tanpa riasan make up wanita yang mengenakan kerudung panjang warna hitam itu.

Diantara keremangan cahaya, sekali lagi kutatap wanita paruh baya yang memakai setelan rok panjang berwarna hitam yang saat ini sedang berjalan mendekat kearahku itu.

Aku senang sekaligus kaget, karena tidak menyangka akan bertemu dengan Wanita cantik berkulit hitam manis penyuka warna hitam itu disini.

Sebelum aku sempat menyapanya, tiba-tiba saja jemari lentik wanita cantik yang mengenakan kerudung panjang berwarna hitam itu sudah menarik tangan kiri ku masuk ke dalam ruang Alam Hayalan.

Begitu aku masuk bersama wanita cantik berkulit hitam manis yang mengenakan kerudung panjang berwarna hitam itu tiba-tiba saja pintu ruangan Alam Hayalan itu menutup dengan sendirinya.

Untuk mengenal lebih jelas siapa sebenarnya wanita berkulit hitam manis yang menarik tanganku agar masuk kedalam ruang Alam Hayalan itu silahkan baca Wanita di Penghujung Malam

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun