Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Sang Waktu

10 Oktober 2018   16:05 Diperbarui: 12 Oktober 2018   10:36 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lelaki muda yang berasal dari Masa Depan itu mendatangiku, sambil tersenyum dia mengulurkan tangannya memberikan sesuatu dari balik jubah panjang yang dikenakan-nya.

Kutatap Sang waktu yang berada persis di depanku, dia menganggukan kepalanya, seolah memintaku untuk segera menerima pemberian lelaki muda dari masa depan itu.

Aku terima bungkusan dari lelaki muda yang berasal dari masa depan itu sambil menatap bungkusan yang baru saja kuterima itu, sekilas kulihat bungkusan itu seperti pakaian, namun jujur saja aku belum pernah melihat model pakaian seperti yang berada di dalam bungkusan itu.

Setelah menerima bungkusan dari lelaki muda yang berasal dari Masa Depan itu, Sang Waktu memintaku untuk segera mengganti pakaian yang kukenakan saat ini dengan pakaian pemberian dari lelaki muda yang berasal dari masa depan itu.

Dewi Malam memintaku agar aku mengikutinya, aku menatap kearah Sang Waktu, dan seperti yang sudah-sudah dia kembali menganggukan kepalanya seolah memintaku agar aku segera mengikuti langkah kaki Sang Dewi Malam yang terus berjalan meninggalkan Aku.

Kulangkahkan kakiku menuju ke dalam bangunan megah tempat dimana Sang Dewi Malam itu biasa menghabiskan hari-hari di dalamnya.

Dewi malam membuka pintu bangunan megah yang semuanya berwarna hitam serta memancarkan cahaya berwarna hitam itu.

Begitu masuk kedalam ruangan megah berwarna hitam itu, kedua mataku menyapu keseluruh penjuru ruangan, kulihat sama persis seperti bangunan megah yang di tempati oleh Sang Fajar.

Bangunan megah yang begitu mirip dengan bangunan di depannya itu juga tembus pandang, dimana saat ini aku bisa melihat keadaan di luar bagunan megah ini. Hanya saja jika bangunan megah yang di tempati oleh Sang Fajar adalah berwarna putih semua, maka bangunan ini semuanya berwarna hitam.

Sekali lagi kutatap isi ruangan. Di ujung sana, dari balik gelapnya cahaya malam aku mencoba membaca suatu tulisan disalah satu pintunya.

Tanpa sadar kakiku terus melangkah memasuki ruangan besar milik Sang Dewi Malam dan baru berhenti di depan ruangan besar yang ada tulisan " Alam Hayalan ".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun