Mohon tunggu...
Warid Zul Ilmi
Warid Zul Ilmi Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan Perencana Kota

Hallo selamat terhubung dengan saya dan mari kita diskusikan banyak hal tentang kota dan desa ! Saya senang menulis lebih senang lagi jika tulisan tersebut bisa didiskusikan bersama. Lets Connect https://www.linkedin.com/in/waridzulilmi/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Desa Wisata dalam Menghadapi Krisis Iklim

10 Februari 2023   16:30 Diperbarui: 10 Februari 2023   23:29 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pembangunan Desa menjadi populer setelah diterbikatnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang melahirkan berbagai kebijakan salah satunya adalah dana desa yang belakangan ini melahirkan banyak inovasi-inovasi yang muncul dari Desa. 

Penerapan teknologi indormasi yang membuat berbagai pelayan di tingkat desa menjadi lebih murah, bahka beberapa desa sudah menerapkan mulai dari administrasi yang di urus desa sampai ada yang memiliki command center yang mempermudah berbagai hal seperti e-siskamling memantau keamanan dari berbagai sudut desa dengan CCTV dan Lampu jalanan yang terhubung secara automatis dengan teknologi  Internet of Things (IoT)  sehingga membuat banya spot WIFI di sana, yaitu Desa Lamahu yang banyak desa lainnya mulai mengikuti seperti Desa Tanjung sari dan banyak desa lainnya, tentunya hal ini yang bisa membuat aman dan nyaman bagi masyarakat dan pengunjung terlebih jika di Desa tersebut merupakan Desa Wisata. 

Sebelum sampai Desa Wisata dan perannya dalam menghadapi Krisis Iklim kita perlu ketahui bersama yang dimaksud dengan pariwisata, menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata, adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi maupun mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 

Produk pariwisata harusnya dari rencana yang dirancang untuk keberlanjutan jangan panjang oleh dukungan banyak pihak. Pariwisata sendiri menghimpun banyak unsur di dalamnya, mualai dari wisatawan itu sendiri, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, masyarakat desa sebagai pengelola desa wisata, dan lain-lain. 

Menurut report dari World Economic Forum (WEF) menjelaskan bahwa travel dan tourism competitiveness Index 2019 Indonesia berada di urutan ke 40 dari 140 negara tujuan wisata lainnya. Score yang menunjukan progres yang baik untuk Indonesia yang terus menyuarakan Wonderful Indonesia nya yang seiring berjalan juga membuka lapangan pekerjaan baru dan tentunya kegiatan dan pertumbuhan ekonomi yang terus berjalan ke arah yang positif. 

Desa wisata menjadi inovasi tersendiri bagi Indonesia melihat potensi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai keunikanya menawarkan banyak hal yang berbeda dan sangat menarik untuk dijadikan satu objek yang dapat dikunjungi dan memulai aktivitas ekonomi dengan tema wisata. 

Desa Wisata mulai geliat dilakukan di dua tahun terakhir ini dengan adanya pengahargaan desa wisata banyak desa-desa di Indonesia mulai serius untuk melakukan pengembangan wisata di desa nya masing-masing, ada yang memaanfaatkan kekayaan alamnya, ada yang membuat sesuatu seperti kebun buah, arena olahraga berkuda seperti di Kabupaten Kendal yang dibranding dengan baik dalam mendukung pengembangan wisata olahraganya. Dukungan dana desa menjadi salah satu  pemantik dan kemudahan perizinan dalam berusaha mendorong untuk warga desa semakin kreatif. 

Pengembangan desa wisata tentu tidak mudah, salah satu masalah tersebsar dalam proses pengembangannya adalah rendahnya peran dan partisipasi masyarakat terutama kamu muda dalam sinergitas dalam tata kelola pariwisata yang cenderung masih bersifat sentralis, yang betumpu pada satu sehingga ketergantungan ini yang membuat sulit untuk bergerak cepat. 

Pemangku kepentingan yang bisa dilibatkan tidak terbatas jumlah dan sektornya, mulai dari masyarakat desa, pemerintah desa, perusahaan daerah setempat, organisasi masyarakat, akademisi, dan lain-lain. 

Semua pemangku kepentingan tersebut tidak akan terlepas dari peran anak muda yang memiliki kebaharuan ide dan semangat dalam mengembangkan desa wisata ke depan, karena tentu perencanaan harus berjangka waktu panjang, orang muda juga bisa membelah gap yang ada dan menghubungkan satu sama lain pemangku kepentingan yang terlibat.  

Proses yang dibangun mulai dari visi misi, tujuan dan sasaran, sampai kepada rencana program dan aksi serta model pembiayaan yang bisa dilakukan. Adapun strategu perencanan yang dibangun bisa dengan berbagai cara, bisa dengan Growth Oriented Model (GOM) yang mengutamakan pada pertumbuhan, Community Based Tourism Development (CBT) yang mengutamakan pada pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kepariwisataanya, dan Sustainable Tourism Development (STD)yang mendorong dan bertumpu pada keberlanjutan pembangunan kepariwisataan. 

Wujud tata kelola kepariwisataan dengan pendekatan CBT menjadi antitesis dari GOM yang dikritik karena tidak mewujudkan beberapa dimensi seperti budaya, lingkungan dan politik, karena tidak ada yang lebih paham dari masyarakat itu sendiri terhadap pengetahuan desanya, wilayahnya sehingga potensi itu yang sangat besar untuk bisa eksplorasi secara luas. 

CBT akhirnya banyak dilakukan pendekatan untuk mengatasi berbagai persoalan, seperti kemiskinan sehingga muncul konsep Pro Poor Tourism Development (PPT) yang pada prosesnya ada upaya lebih dalam peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat seperti pembangunan Usaha Mikro Kecil Menengan (UMKM) atau memberikan peluang usaha melalui bisnis di bidang industri pariwisata. Selain secara tidak langsung ada perbaikan akses terhadap prasarana sarana dan utilitas seperti air bersih, listrik dan sistem persampahan serta pengelolaan air limbah di Desa. 

Pengelolaan kepariwisataan oleh orang muda dan banyak pemangku kepentingan di desa dengan melakukan pemberdayaan mulai dari perencanaan sampai pada tahan pelaksanaan pengembangan wisata. Dana Desa yang masuk menjadi salah satu sumber pendanaan dalam mewujudkan desa wisata, dan tentu skema pembiayaan lainnya sangat beragam. 

Pekerjaan rumah lainnya bukan hanya perlibatan orang muda, masyarakat desa dan skema pembiyaanya, melainkan orang muda tersebut mampu membawa pergeseran pemahaman yang lebih dalam menerapkan STD yang dapat meningkatkan sisi keberlanjutan alam dan keuntungan ekonominya karena berkelanjutan. 

Pengembangan wisata berkelanjutan di Desa wisata memiliki potensi yang besar, mulai dengan menggabungkan kegiatan konservasi dengan atraksi yang ditawarkan seperti menanam pohon, membuat kompos dan kerajinan tangan dari barang bekas, membuat sistem pengelolaan air limbah mandiri sebagai wisata edukasi, menyediakan makanan dan minuman asli yang ditanam dan diolah secara sederhana secara langsung serta penerapan energi ramah lingkungan seperti tenaga bayu, banyu, dan panel surya, juga banyak kegiatan lainnya yang bisa dimasukan ke dalam berbagai atraksi yang bisa di suguhkan di Desa.

Bahkan desa wisata dapat dijadikan laboratorium yang dapat menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan dan inklusif dalam pengembangan wisatanya terutama mereka yang desa wisatanya sudah dan ingin meningkatkan pengunjung mancanegara sehingga ketersediaan air, tempat tinggal, dan bebergai utilitasnya standar internasional yang berbasiskan pada teknologi ramah lingkungan. 

Mengapa dimungkinkan karena Desa Wisata sudah memiliki ekosistem bisnisnya sendiri dan dalam pembangunan dan penerapan teknologi ramah lingkungan dan berbagai kegiatan yang inovatif bisa direplikasi dengan skala kawasan namun dampaknya bisa sangat bisa dirasakan, mulai  dari pengurangan sampah wisata, pencegahan fungsi lahan yang berubah secara berlebihan, menjaga sumber air bersih minum yang tetap asri sampai penyediaan listrik dengan rendah karbon. 

Selain ada kearifan lokal unsur teknologi tepat guna harus bisa dimanfaatkan, Desa Digital mungkin sudah lebih dulu ada, tapi ketika kita membawa digitalisasi tersebut dalam kegiatan pariwisata maka akan menarik dan memperluas manfaatnya dalam meningkatkan awarness terhadap keberlanjutan lingkungan. 

Mungkin Krisis iklim pun bisa kita atasi dengan menerapkan berbagai hal yang bersifat menguatkan atau mendorong ekosistem bisnis tersebut ke arah bisnis yang lebih hijau, unsur rekreasi dan edukasi bisa secara bersamaan dan ampuh untuk memberikan contoh kepada warga dunia dalam mengatasi krisis iklim dengan cara-cara yang menyenangkan. Desa Wisata memiliki peran tersebut. 

Pembangunan desa wisata dalam menghadapi krisis iklim harus dilihat dari kacamata yang lebih luas lagi, bukan hanya menerapkan wisata berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan tapi bagaimana bisa beradaptasi terhadap kondisi iklim saat ini dan mencegah kerugian yang besar di masa depan.

Lalu bagaimana digitalisais pariwisata yang bisa kita terapkan dan sejauh apa berkontribusi dalam mengatasi krisis iklim dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat ? Menurut kalian seperti apa ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun