Kenyataannya, banyak penyediaan MBG justru diserahkan kepada katering-katering besar, kelompok usaha mapan, hingga dapur-dapur TNI dan polri. Bahkan, food tray atau nampan untuk wadah MBG pun diimpor dari China. Artinya, dampak positif ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir pihak yang telah makmur.Â
Dalam hal ini dampak positif Dapur Umum Tan Malaka baik peningkatan ekonomi masyarakat dan desa sekitarnya lebih bisa dirasakan dibanding MBG.
Keracunan MBG tidak bisa diremehkan. Menilai bahwa jumlah ribuan kasus keracunan masih jauh di bawah jumlah yang terlayani merupakan sikap abai terhadap keselamatan rakyat.
Embel-embel "gratis" bukanlah pembenaran untuk asal-asalan. Jika memang pemerintah dan negara tulus melayani rakyatnya, MBG mestinya diwujudkan dengan standar yang sebaik-baiknya dan setinggi-tingginya. Bukan dengan buah-buahan busuk, sayur yang basi, dan daging yang berulat.
Jika tidak mampu memenuhi standar yang "bergizi", alangkah baiknya menghentikan sementara program makan gratis atau hapuskan "B" dari nama programnya.
Lagipula dapur rumah dan masakan orang tua, meski sederhana, terbukti selama ini lebih aman bagi anak-anak. Sebab tidak ada orang tua yang tega asal-asalan memberi makan anaknya dengan bahan yang basi dan wadah yang kotor.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI