Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Biaya Kuliah Makin Tinggi, Saatnya Mahasiswa Kurangi Jajan Kopi?

4 Agustus 2022   08:59 Diperbarui: 4 Agustus 2022   09:05 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi di pagi hari (dok.pribadi).

Meski belum ada kajian atau survey mendalam tentang jumlah pengeluaran mahasiswa untuk kopi, bisa diperkirakan seberapa banyak uang jajan seorang mahasiswa pecinta kopi. Anggap seorang mahasiswa "hanya" empat kali jajan kopi dalam seminggu. Dengan harga rata-rata satu cup kopi Rp15.000, minimal Rp60.000 dikeluarkan sebagai anggaran ngopi sepekan.

Jika ia punya kekasih dan perlu mentraktir minimal sekali pada akhir pekan, bertambah  lagi pengeluaran Rp15.000 . Sehingga dalam seminggu ia perlu Rp75.000 untuk ngopi. Maka dalam sebulan sebanyak Rp300.000 dikonversi menjadi kopi. Dalam 1 semester jumlah menjadi Rp1,8 juta.

Memang uang Rp1,8 juta masih terlalu kecil dibandingkan dengan besaran UKT. Namun, banyak unsur biaya kuliah yang bisa diupayakan dengan Rp1,8 juta.

Jika harus membayar kamar kos yang sederhana, seorang mahasiswa bisa menggunakannya untuk 3-4 bulan. Biaya transprotasi dan kuota internet untuk mengunduh jurnal atau buku digital bisa dipenuhi.

Kalau kebutuhan dan biaya di atas kebetulan sudah ada anggarannya, mahasiswa bisa membawa uang tersebut ke bank. Di kemudian hari sejumlah uang tersebut akan cukup untuk membiayai sidang skripsi dan mendaftar wisuda.

Itu hanya contoh sederhana. Uang Rp1,8 juta pun mungkin akan berbeda nilainya bagi mahasiswa di Yogyakarta dan Jakarta.


Intinya ialah berkompromi dengan banyaknya gelas kopi yang diminum bisa dipertimbangkan oleh mahasiswa. Sebab pada dasarnya permasalahan biaya kuliah yang semakin mahal bukan hanya membutuhkan kebijakan pemerintah untuk menghadirkan solusinya. 

Mahasiswa pun perlu meresponnya dengan mengambil "kebijakan" dan "kebijaksanaan" sendiri. Salah satunya dengan mempertimbangkan ulang gaya hidup dan konsumsi sehari-hari.

Rasanya jumlah teman tidak akan berkurang hanya karena mahasiswa mengurangi jajan kopinya. Gaya hidup akan tetap baik-baik saja meski tidak hadir di coffee shop setiap hari.

Jika selama ini kopi dianggap sebagai peluruh beban hidup. Maka barangkali dimulai dari secangkir kopi pula mahasiswa bisa berupaya mengurangi beban (biaya) kuliah yang dihadapinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun