Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Cara Saya Merawat Celana Panjang agar Panjang Usianya

3 Juni 2021   08:39 Diperbarui: 3 Juni 2021   17:10 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Celana panjang formal | Dokumentasi pribadi

Semoga judul di atas tidak membingungkan. Saya hanya ingin berbagi pengalaman bagaimana merawat pakaian, terutama celana panjang yang sehari-hari saya kenakan.

Merawat pakaian menurut saya tidak sekadar membersihkannya dari kotoran. Bukan hanya merawat serat kainnya agar tidak lekas rusak dan lapuk. Bukan pula sekadar mempertahankan warnanya agar tidak cepat pudar. Lebih dari urusan mencuci dan menjemur, akan tetapi merawat juga bermakna menjaga fungsinya agar tetap bisa dikenakan selama mungkin.

Bagi saya prinsip utama merawat pakaian ialah menambah panjang usianya. Sehingga saat pakaian itu dianggap sudah perlu dipensiunkan pun kita masih bisa mengupayakannya untuk digunakan lagi dengan nyaman seperti sedia kala.

Sebelum menjelaskan lebih jauh, saya ingin sedikit menceritakan tentang cara saya mendapatkan pakaian. Pernah saya uraikan pada artikel Samber Ramadan 10 Mei lalu, saya jarang membeli pakaian jadi yang siap pakai. (Baca: Celana Lebaran Saya Buatan Penjahit Lansia).

Hampir semua kemeja saya merupakan hasil kerajinan tangan penjahit langganan. Demikian pula celana panjang formal saya. Semuanya dijahit dari bahan yang saya beli di toko kain.

Selama belasan tahun saya tak pernah lagi membeli celana panjang di toko. Itu sebabnya sekarang saya tak tahu nomor celana saya. 

Setiap membutuhkan celana panjang saya akan menuju ke toko kain, lalu ke penjahit langganan. Biasanya 4 hari kemudian bahan kain itu telah berubah wujud menjadi celana panjang sesuai permintaan saya.

Lipatan jahitan | Dokumentasi pribadi
Lipatan jahitan | Dokumentasi pribadi
Sebenarnya dari segi biaya, membuat celana panjang formal di penjahit membuat saya mengeluarkan uang yang lebih banyak dibanding jika membeli celana panjang siap pakai. 

Di toko banyak dijual celana panjang seharga Rp 150.000 yang kualitasnya sudah lumayan. Sedangkan jika membuatnya di penjahit saya harus membeli bahan kainnya. Untuk per potong celana biasanya saya membeli bahan seharga rata-rata Rp 120.000.

Kemudian ongkos jasa jahitnya sebesar Rp 100.000 untuk setiap potong celana. Itu ongkos di penjahit langgana, kalau di penjahit lain ongkosnya bisa lebih dari Rp 100.000.

Ada selisih harga yang lumayan antara membeli celana panjang siap pakai dengan menggunakan jasa penjahit khusus. Oleh karena itu saya suka menerapkan trik dalam merawat setiap celana panjang sejak dari pembuatannya di tukang jahit. Tujuannya agar celana bisa dipakai selama mungkin dan saya tak terlalu sering bolak-balik ke penjahit untuk membuat yang baru. Saya pun bisa berhemat.

Trik pertama, ketika pergi ke penjahit saya selalu meminta diukur ulang meski penjahit langganan saya punya catatan ukuran lingkar pinggang, linggar panggul, pesak, panjang kaki, dan seterusnya yang didapat dari pengukuran sebelumnya.

Selanjutnya setelah didapat ukurannya, saya akan meminta ditambah 1 sampai 2 cm untuk setiap ukuran. Misalnya panjangnya ditambah 1 cm, lingkar perut ditambah 2 cm, dan sebagainya. Dengan demikian saya akan mendapatkan celana panjang yang lebih lega.

Ukuran yang lebih lega saya sukai karena beraktivitas dengan "celana bahan" sering cepat membuat gerah. Meski bahannya nyaman dan menyerap keringat, tapi kalau ukurannya terlalu "ngepas" bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Apalagi saya suka berjalan cepat. Dengan ukuran yang lebih lega tarikan pada jahitan juga bisa lebih diredam sehingga celana lebih awet.

Lipatan jahitan bagian tungkai | Dokumentasi pribadi
Lipatan jahitan bagian tungkai | Dokumentasi pribadi
Trik kedua ialah meminta penjahit memaksimalkan sisa kain pada lipatan atau sambungan jahitan.

Kalau kita perhatikan pola jahitan pada celana panjang ada beberapa lipatan yang menjadi kunci ukuran celana. Lipatan itu antara lain terletak pada sambungan lingkar pinggang bagian belakang dan sambungan pesak, yakni dari pinggang depan sampai belakang melewati selangkangan. Sambungan tungkai dari daerah paha sampai lutut juga penting.

Kalau membeli celana panjang formal siap pakai di toko, daerah-daerah lipatan tersebut biasanya tidak lebar karena pabrik pembuatnya ingin menghemat kain.

Di sisi lain kalau kita ingin mempermak celana panjang penjahit pasti akan melihat sisa kain pada lipatan-lipatan ini. Seberapa lebar lipatannya menentukan sejauh mana celana panjang bisa "diakali". 

Kalau "sisa kain" pada lipatan-lipatan tersebut cukup lebar, celana panjang yang sudah "kekecilan" bisa disusun ulang agar tetap bisa digunakan.

Oleh karena itu, setiap hendak membuat celana panjang, kepada penjahitnya saya selalu meminta lipatan kain yang lebih lebar pada setiap sambungannya. 

Trik ini justru diberikan oleh penjahit langganan saya beberapa tahun lalu. Katanya selain untuk memaksimalkan bahan agar tidak banyak terpotong dan terbuang, juga membuat celana lebih awet karena ukurannya bisa disesuaikan di kemudian hari.

Ternyata trik ini sangat bermanfaat dan sudah sering saya praktikkan. Saat celana panjang saya mulai kekecilan, saya akan kembali penjahit langganan atau sembarang penjahit terdekat untuk meminta bantuan agar celana panjang saya bisa "beradaptasi" dengan tubuh saya yang melebar.

Biasanya linggar pinggang dan pesak akan dibuka. Lipatannya dibongkar, lalu dijahit ulang dengan memanfaatkan sisa kain yang ada di titik tersebut.

Kadang tidak cukup hanya lingkar pinggang dan pesaknya yang dibongkar, tapi juga tungkainya. Sebab biasanya saat celana panjang mulai sempit, bagian paha sampai lutut juga ikut menyempit sehingga gerakan kaki terganggu. Saat membungkuk atau mengangkat kaki, tungkai celana akan tertarik kencang hingga bisa robek jahitannya.

Lipatan yang dibongkar dan dijahit ulang berhasil memperpanjang usia celana panjang | Dokumentasi pribadi
Lipatan yang dibongkar dan dijahit ulang berhasil memperpanjang usia celana panjang | Dokumentasi pribadi
Seperti kejadian minggu lalu. Satu celana panjang saya yang sudah berumur satu setengah tahun mulai menyempit dan kurang nyaman dipakai. Sayang kalau dipensiunkan dini begitu saya. Apalagi kualitas bahannya masih bagus, tebal dan warnanya belum pudar. Maka saya putuskan membawanya ke penjahit.

Beruntung sekali dulu saya berpesan kepada penjahitnya agar menyisakan lipatan yang lebar pada pesak dan tungkainya. Manfaatnya saya rasakan sekarang. Celana panjang tersebut berhasil disusun ulang menyesuaikan pelebaran tubuh saya.

Jahitan pada bagian pesak sampai lutut dibongkar. Kemudian dijahit kembali dengan membuat alur baru pada sisa lipatannya.

Hasilnya sekarang bagian tungkai dari paha sampai betis tidak sesak lagi. Bagian pesak atau selangkangan menjadi lebih lega. Memang menjadi terlihat ada jejak bekas jahitan lamanya. Namun, biasanya itu akan tersamar seiring waktu.

Lagipula yang terpenting celana panjang itu sekarang bisa digunakan lagi dengan nyaman. Hanya dengan membayar biaya jasa Rp 25.000, saya bisa memperpanjang usia celana panjang kesayangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun