Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bersaudara dengan Orang Beda Agama dan Suku Sesuai Teladan Nabi Muhammad

3 Mei 2021   19:50 Diperbarui: 3 Mei 2021   19:51 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid dan gereja berdampingan | dok. pribadi.

Mahatma Gandhi pernah mengutarakan kekagumannya pada sosok Nabi Muhammad Saw. Gandhi berkata, "Bukan pedang, melainkan akhlak mulia Muhammad yang mengantarkan Islam berjaya".

Gandhi seribu persen benar. Akhlak Nabi Muhammad memang memancarkan pesona kebaikan yang menawan. Sebagai rasul yang diangkat langsung oleh Allah SWT, Muhammad menjadi contoh utama dan teladan pertama mengenai akhlak seorang muslim yang merepresentasikan cinta, kasih sayang, dan kemanusiaan.

Ajaran Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam mewujud dalam perilaku, perkataan, adab, dan kebiasaan Rasulullah Saw. Bahkan, marahnya beliau pun memancarkan kebaikan.

Bukan berarti Nabi Muhammad Saw gemar marah. Dalam beberapa kisah, Rasulullah Saw disebut menegur sahabat-sahabatnya yang beliau anggap lalai dan berbuat kesalahan. Kadang beliau memberikan nasihat dengan sedikit keras. Namun, semua itu tidak dilandasi kebencian. Beliau pun tidak pernah murka tanpa alasan yang jelas.

Sebaliknya, para sahabat serta orang-orang yang ditegur dan dimarahi oleh Rasulullah  Saw akhirnya mendapatkan hikmah yang sangat bermanfaat. Termasuk manfaat dalam membangun persaudaraan dan solidaritas antar sesama manusia.


Salah satu kisah tentang kehidupan Nabi Muhammad Saw yang penuh cinta melibatkan seorang sehabat bernama Abu Dzar Al-Ghifari.


Suatu hari Abu Dzar bertemu dengan seorang temannya yang berstatus budak. Teman itu memiliki ibu yang bukan orang Arab. Di saat mereka sedang berbicang-bincang, tanpa disadari Abu Dzar melecehkan ibunda sang teman karena berdarah asing.

Perbuatan Abu Dzar tentu saja melukai hati sang budak. Ia tak terima ibunya dihina hanya karena berbeda suku bangsa. Budak itu pun lalu pergi menemui Nabi Muhammad untuk menceritakan kejadiannya.

Mendengar laporan dari sang budak, Rasulullah Saw segera memanggil Abu Dzar. Di hadapan sang sahabat, Nabi Muhammad Saw berkata, "Wahai Abu Dzar, ternyata dalam dirimu benar-benar masih terdapat sifat jahiliyah!".

Teguran itu membuat Abu Dzar terdiam sesaat. Segera disadarinya bahwa Rasulullah tidak menyukai perbuatan menghina dan mencaci orang lain yang bukan bangsa Arab.

Abu Dzar tertunduk menerima teguran tersebut. Namun, ia berusaha berdalih. Menurutnya, sang budak juga membalas dengan mencaci orang tua Abu Dzar.

Mendengar jawaban Abu Dzar, Rasulullah bukannya menjadi maklum. Beliau justru kembali menegur sahabatnya tersebut secara lebih keras. Dengan nada marah, Rasulullah berucap, "Ternyata dalam dirimu benar-benar masih terdapat sifat jahiliyah! Mereka sebenarnya ialah saudara-saudaramu".

Teguran kedua dari Nabi Muhammad Saw itu membuat Abu Dzar tak mampu lagi untuk mencari alasan. Semenjak itu ia tidak lagi berbuat dan berkata-kata yang melecehkan orang lain.

Bahkan, ia memperlakukan orang-orang yang berbeda dengannya dengan lebih baik. Sebab Rasulullah Saw telah berpesan untuk membantu budak dan keluarganya agar mereka bisa mendapatkan makanan dan pakaian sebaik makanan dan pakaian yang ia miliki.

Ada pula kisah lain yang mirip. Kali ini melibatkan kerabat dekat Rasulullah Saw sendiri yang bernama Asma binti Abu Bakar Al-Shiddiq.

Sekian lama Asma dirundung perasaan galau dan bingung tentang hubungannya dengan sang ibu yang belum memeluk Islam. Asma bimbang untuk berhubungan baik dengan ibu kandungnya karena menganggap wanita itu tidak seiman. Sedangkan sang ibu tetap ingin berhubungan baik dengan anaknya.

Asma akhirnya memberanikan diri menemui Rasulullah Saw. Kepada Muhammad, Asma bertanya, "wahai Rasul, Engkau tahu ibuku belum terbuka hati dan pikirannya untuk memeluk Islam. Namun, ibu ingin aku tetap berhubungan baik dengannya. Apakah aku boleh berhubungan dengannya?"

Dengan tegas Rasulullah Saw menjawab, "Boleh, berhubungan baiklah dengan ibumu".

Masih banyak kisah Nabi Muhammad Saw bersama para sahabat dan pengikutnya yang menyuguhkan teladan mulia. Namun, dari dua kisah di atas pun kita sudah bisa memetik teladan penting dan pelajaran berharga tentang menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia.

Betapa Rasulullah Saw tidak menghendaki perbuatan mencaci atau menghina orang lain yang berbeda karena itu merupakan sifat jahiliyah yang bertentangan dengan Islam.

Rasulullah menunjukkan sekaligus menegaskan bahwa berhubungan baik lebih utama dibanding mempermasalahkan perbedaan suku dan agama. Pada kasus Abu Dzar, Rasulullah bahkan menyebut bahwa orang-orang yang berbeda suku layaknya saudara sehingga ketika mereka mengalami kesusahan, seorang muslim wajib untuk membantu.

Demikian pula dengan orang lain yang berbeda agama. Rasulullah Saw tidak melarang umat Islam untuk berhubungan baik dengan orang nonmuslim. Bukan hanya sebagai teman atau tetangga, tapi sebagai saudara. Artinya seorang muslim diharapkan bisa membangun solidaritas dan persaudaraan yang tulus dengan sesamanya, meski berbeda keyakinan.

Sungguh indah teladan Nabi Muhammad Saw. Sudah semestinya umat yang mengaku sebagai pengikut dan pecinta Rasulullah juga mempraktikannya dalam kehidupan sehari-sehari.

Sejatinya keteladanan beliau bersama para sahabatnya menjadi cermin pengingat untuk mengevaluasi diri. Betapa kita sering memandang remeh orang lain dan  suka membeda-bedakan orang lain hanya karena latar belakang suku, agama, ras, budaya dan sebagainya.

Keteladan Rasulullah Saw perlu dihayati sebagai arahan agar manusia dapat membangun dan menjalani kehidupan dengan penuh kebajikan.

Pesan ini saya tulis untuk diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun