Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Ramadan, Saatnya Upgrade Keterampilan "Olah Wajan"

15 April 2021   16:29 Diperbarui: 17 April 2021   08:02 1289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olah wajan |dok. pribadi.

Terbangun sekitar pukul 02.30 pada Kamis (15/4/2021), pertandingan Liverpool melawan Real Madrid belum lama dimulai. Saya mengeraskan suara TV agar terdengar sampai ke dapur. Di sana saya menyiapkan makan sahur.

Saya tipe orang yang tidak rumit dalam urusan makan. Termasuk makan sahur. Pada dasarnya apa yang saya makan saat berpuasa tidak berbeda jauh dengan menu sehari-hari.

Bertahun-tahun di perantauan pilihan sahur saya ialah pergi ke warung langganan yang melayani makan sahur atau menyiapkan sendiri menu sederhana dengan bahan-bahan yang saya gemari.

Kali ini saya memilih mengolah hidangan sahur dengan wajan sendiri. Dan memang sudah menjadi ketetapan hati pada Ramadan ini saya perlu bangun lebih awal dari biasanya demi punya waktu lebih panjang untuk menyiapkan makan sahur.

Mengupgrade skill olah wajan. Begitu istilahnya. Targetnya agar saya tak hanya bisa merebus mie instan, menggoreng telur, membuat nasi goreng atau memanaskan sayur yang dibeli dari warung.

Tumis tahu kuning |dok. pribadi.
Tumis tahu kuning |dok. pribadi.
Sebenarnya sejak dulu saya gemar di dapur. Setiap kali ibu memasak di rumah, sayalah asisten dapurnya. Ibu lebih mempercayakan saya untuk mendampinginya di dapur dibanding dua saudara saya yang perempuan.

Barangkali karena saya anak laki-laki sehingga bisa lebih banyak disuruh untuk ini dan itu. Saya pun menikmati aktivitas menemani ibu di dapur. Meski hanya mengulek sambel, menyiapkan daun kangkung, dan memasukkan sayuran ke kuah sop sesuai instruksi ibu, itu terasa mengasyikkan.

Sayangnya belum sempat terampil memasak, saya harus merantau ke Yogyakarta. Di rantau saya terlanjur tinggal di kawasan yang strategis. Dikitari warung-warung makan dan restoran. Mulai dari gerai sederhana, sampai tempat makan franchise. Mulai dari penjual gudeg di tepi jalan yang mulai buka pada pagi buta, sampai warung-warung makan yang buka 24 jam. Semuanya berserakan di sekitar tempat tinggal.

Lalu muncul ojek daring dengan layanan pesan antar makanan yang memanjakan. Makin mudah saya mendapatkan makanan dan makin jarang pula memanaskan wajan sendiri. Tumpul pula akhirnya dasar keterampilan memasak yang dulu sempat saya pelajari dari ibu.

Sebenarnya sesekali saya tetap memasak sendiri. Terutama di akhir pekan. Akan tetapi itu belum menjadi kebiasaan.

Momentumnya datang pada Ramadan tahun lalu. Pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas mendorong saya untuk melakukan adaptasi seperti halnya banyak orang.

Sementara masyarakat dihimbau untuk tidak banyak beraktivitas di luar rumah, bepergian, ataupun makan secara dine ini, warung-warung makan pun banyak yang tutup atau membatasi jam buka.

Seperti pernah saya ceritakan di Samber Ramadan tahun lalu, mencari makan sahur di sekitar tempat tinggal saya menjadi tidak semudah biasanya. Sebab hanya tinggal segelintir warung makan yang membuka pintunya pada waktu sahur. Saat itu selain tetap datang ke warung langganan untuk membeli hidangan sahur, saya juga mengolah menu sendiri jika memungkinkan.

Olah wajan menu sahur |dok. pribadi.
Olah wajan menu sahur |dok. pribadi.
Ramadan tahun ini saya anggap waktu yang tepat untuk melanjutkan kebiasaan yang sudah dimulai setahun kemarin. Memasak sendiri menu untuk berbuka atau sahur tak ada salahnya. Malah akan banyak manfaatnya.

Pertama, bisa menghemat pengeluaran. Dengan memasak sendiri, saya otomatis lebih cermat mengukur kebutuhan, porsi makan, dan memaksimalkan bahan makanan yang ada. Tidak rela rasanya jika membuang-buang makanan hasil olahan sendiri. Artinya, mengurangi juga kemungkinan makanan menjadi mubazir.

Kedua, saya bisa lebih bebas menikmati menu dan makanan kesukaan. Bebas pula berkreasi dengan bahan-bahan makanan tertentu yang bisa diolah menjadi beberapa sajian. Sebut saja, tahu dan tempe yang sebagian bisa saya goreng hari ini, lalu sebagian lainnya saya olah menjadi tumisan esok harinya.

Ketiga, seperti yang saya sebutkan di awal, dengan memasak sendiri saya bisa mulai mengupgrade kemampuan olah wajan alias meracik makanan. Bertahun-tahun mengandalkan resep nasi goreng, kini sudah semestinya saya punya pegangan resep lebih banyak lagi.

Maka diiringi suara siaran langsung pertandingan sepakbola dini hari tadi, saya memasak tumis tahu kuning. Berangkat dari keberhasilan membuat tumis tempe beberapa hari sebelum puasa, saya putuskan untuk mengganti tempe dengan tahu kuning.

Bumbu yang saya gunakan pun hampir sama. Yakni, irisan bawang putih dan bawang merah, garam, daun salam, satu buah cabe merah dan cabe hijau, sedikit lengkuas, dan sedikit gula pasir.

Agar lebih komplet saya tambahkan sedikit kobis dan kentang, serta potongan daging sapi yang telah direbus sebelumnya.

Sahur dari wajan sendiri (dok. pri).
Sahur dari wajan sendiri (dok. pri).
Tidak lama membuat masakan ini. Mula-mula saya menumis semua bumbu dan daging sapi lebih hulu. Tak lupa menambahkan sedikit air. Berikutnya tinggal memasukkan potongan tahu kuning dan sayuran. Sekitar lima belas menit, menu ini telah siap.

Saya juga menggoreng tempe. Kalau ini tak perlu saya beri tahu caranya. Semua orang rasanya sudah paham cara mencelupkan tempe ke minyak panas.

Jadilah menu sahur buatan sendiri. Di tengah hambarnya pertandingan Liverpool dan Real Madrid, saya bersyukur makan sahur saya tidak ikutan-ikutan hambar.

Semoga hari-hari berikutnya lebih banyak lagi olahan yang bisa saya buat dengan wajan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun