Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

Saat ini, selain tertarik mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, ia terus belajar menulis serta sangat terpikat pada jurnalisme dan sastra. Perspektifnya sangat dipengaruhi oleh agama dan filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Ramadan dan Olah Rasa: Menggali Makna Puasa Lewat Sastra bersama Joni Ariadinata di Sekolah Kebon

25 Maret 2024   12:52 Diperbarui: 26 Maret 2024   05:06 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Ngopi Ramadan di Sekolah Kebon. Foto: Dokumentasi Ponpes Bil Qolam. Foto: Dokumentasi Ponpes Bil Qolam.

Membaca adalah menumbuhkan rasa. Puasa ialah memupuk rasa. Sastra juga menyuburkan rasa. Sebab itu, membaca sastra di bulan puasa adalah belajar menjadi manusia. 

Malam semakin kelam. Jangkrik masih bersahut-sahutan dengan riang. Di bawah temaram cahaya penerang, berbagai tanaman di sekitar Sekolah Kebon milik Joni Ariadinata, sastrawan kenamaan Indonesia, masih berdiri dengan garang.

Di antara rimbunnya bambu, asam jawa, cocor bebek, bakung lele, mengkudu, belimbing wuluh, pohon pisang, dan alang-alang, kami bertukar ide dan gagasan.

Di tepi Kali Bedog, Gamping Kidul, Ambarketawang, Yogyakarta, kami duduk berbincang, menyelami dinamika literasi di Indonesia, Prancis, hingga Vietnam. 

Obrolan mengalir begitu saja, diiringi gemericik air kali dan suara serangga memecah keheningan. Sesekali tawa kami pecah, menghangatkan suasana malam.

Meskipun ada yang berseloroh tempat ini seperti "lemah kiwa" atau "tempat jin buang anak", kami tidak acuh. Semua berhak hidup di bumi, termasuk jin makhluk Tuhan.

Tepat di belakang rumah utama, atau di sebelah timur Sekolah Kebon, berdiri dengan bagas pohon munggur, kihujan, atau yang dikenal juga sebagai pohon trembesi atau rain tree.

Pohon ini memiliki kemampuan unik, yaitu menyerap air tanah dan kemudian menyulingnya menjadi air bersih berlimpah. Alhasil, dapat memenuhi kebutuhan air rumah dan Sekolah Kebon.

Tak hanya itu, pohon trembesi juga mampu menyerap CO2 puluhan kali lebih banyak daripada pohon biasa. Satu pohon hujan, mampu menyerap 28,5 ton karbondiokasida setiap tahunnya.

Pria yang lahir pada tanggal 23 Juni 1966 ini memasang sejenis drum plastik besar untuk menampung air yang keluar dari pohon trembesi. Air tersebut kemudian disalurkan ke rumah dan bangunan Sekolah Kebon melalui pipa pralon, dan sisanya dialirkan ke Kali Bedog.

Hilir malam semakin larut. Gelas kopi kami sudah kosong beberapa kali. Lamun, kacang, dan ubi rebus yang menemani obrolan kami belum tandas. Akan tetapi, perbincangan kami harus segera diakhiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun