Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Skenario Terburuk, Indonesia Butuh 10 Tahun untuk Tangani Pandemi Covid-19

8 Februari 2021   08:21 Diperbarui: 8 Februari 2021   17:49 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi mendapat suntikan dosis kedua vaksin Covid-19 (foto: BPMI Setpres).

Vaksinasi terbesar dalam sejarah umat manusia sedang berlangsung saat ini. Negara-negara di dunia telah memulai upaya penting untuk menyuntikkan vaksin Covid-19 demi membangun pertahanan kolektif guna melawan pandemi yang telah merenggut nyawa lebih dari 2,3 juta penduduk dunia per 6 Februari 2021.

Kapan pandemi Covid-19 akan berakhir? Jawaban dari pertanyaan tersebut paling dinanti oleh dunia saat ini.

Pertanyaan yang sebenarnya cukup rumit untuk dijawab. Para peneliti dan epidemiolog yang mencoba merumuskan jawabannya sering sampai pada kesimpulan yang tidak seragam dan berubah-ubah. Itu disebabkan dinamika pandemi Covid-19 yang masih memiliki sejumlah aspek untuk dipelajari lebih mendalam. Para peneliti percaya banyak hal terkait virus SarsCov-2 yang masih belum diketahui.

Herd immunity sebagai mekanisme pertahanan kolektif untuk melawan pandemi juga dipahami sedikit berbeda oleh beberapa pakar. Ada yang menganggap vaksinasi terhadap 70% populasi sudah mampu memunculkan herd immunity.

Sementara sebagian pakar menilai batasnya perlu lebih dari 70%, yakni antara 75-85% agar herd immunity bisa efektif. Pertimbangannya ialah ekskalasi pandemi yang sangat luas, efektivitas vaksin, mutasi virus, serta umur kekebalan yang mungkin tidak lama.

Walau demikian secara umum para peneliti, pakar dan epidemiolog sepakat bahwa vaksin adalah senjata yang sangat penting. Proses vaksinasi Covid-19 yang sudah mulai dilaksanakan di berbagai negara bisa menjadi titik tolak untuk melihat kapan pandemi Covid-19 akan diakhiri melalui mekanisme herd immunity.

Kalkulator Vaksin

Bloomberg menciptakan sebuah "kalkulator" untuk memproyeksikan lama waktu negara-negara di dunia bisa menuntaskan vaksinasi dalam cakupan herd immunity sehingga pandemi Covid-19 bisa dikendalikan secara efektif.

Mesin hitung tersebut menyajikan proyeksi berdasarkan sejumlah data pandemi dan rerata vaksinasi harian yang dilaksanakan oleh negara-negara di dunia. Cakupan 75% populasi ditetapkan sebagai  batas herd immunity.

Proyeksi akan terus diperbaharui seiring perkembangan data dan jumlah negara yang melaksanakan vaksinasi.

Pada 6 Februari 2021, kalkulator Bloomberg telah menghitung lebih dari 128 juta dosis vaksin yang disuntikkkan di 73 negara dengan rata-rata vaksinasi harian sebanyak 4,69 juta dosis.

Hasilnya didapatkan angka 6,7 tahun. Artinya butuh waktu 6,7 tahun untuk dapat memvaksinasi 75% populasi dunia dengan dua dosis vaksin Covid-19. Atau secara umum dunia harus berjuang selama 7 tahun untuk benar-benar dapat mengendalikan pandemi Covid-19.

Proyeksi vaksinasi Covid-19/ tangkapan layar pribadi
Proyeksi vaksinasi Covid-19/ tangkapan layar pribadi

Lamanya waktu sangat bergantung pada kapasitas vaksinasi yang berbeda-beda antar negara, jumlah populasi, tingkat infeksi, hingga jenis vaksin yang digunakan. 

Oleh karenanya berdasarkan kalkulator Bloomberg ada negara yang akan cepat mencapai herd immunity, tapi banyak pula negara yang harus menahan nafas lebih panjang untuk dapat menyelesaikan vaksinasi Covid-19.

Ambil contoh Israel dengan kapasitas vaksinasi harian sebanyak 135.778 dosis bisa menyuntik 75% populasi hanya dalam waktu 2 bulan. Waktu yang sama juga bisa dicapai oleh Uni Emirat Arab dengan rerata vaksinasi 140.103 dosis per hari.

Sementara Inggris meski bisa menyuntikkan lebih dari 400.000 dosis vaksin per hari, tapi diperkirakan baru akan selesai dalam waktu 6 bulan. Bahkan, Amerika Serikat dengan kemampuan vaksinasi 1,3 juta dosis per hari harus menunggu sampai 11 bulan untuk memvaksinasi 75% populasinya guna mendapatkan herd immunity.

Demikian pula China sebagai negara asal pandemi bermula. Dengan kapasitas 1 juta dosis vaksin per hari, negera tersebut tetap butuh 5,5 tahun untuk memvaksinasi 75% populasi penduduknya yang sangat banyak.

10 Tahun untuk Indonesia?

Bagaimana dengan Indonesia? Menurut kalkulator Bloomberg kapasitas vaksinasi Covid-19 di Indonesia per 6 Februari 2021 baru mencapai 58.764 dosis per hari.

Dengan rerata vaksinasi harian yang rendah, dihadapkan pada target 75% populasi dan mempertimbangkan tingginya angka infeksi serta kematian akibat Covid-19, Indonesia butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk menyelesaikan vaksinasi yang efektif.

Selain Indonesia, negara-negara lain yang diperkirakan harus berjuang keras selama 10 tahun ialah India dan Rusia.

Terbuka kemungkinan pencapaian herd immunity bisa dipercepat seiring temuan vaksin-vaksin baru yang lebih efektif dan semakin banyak negara yang bisa cepat mendapatkan vaksin, serta adanya kekebalan alami dari para penyintas. Namun, pada dasarnya proyeksi tersebut membawa pesan penting tentang penantian panjang melawan pandemi Covid-19.

Lawan Skenario Terburuk

Proyeksi di atas perlu menjadi perhatian dan masukan penting bagi Indonesia guna mengoptimalkan vaksinasi Covid-19 yang sekarang sedang dilaksanakan. 

Sebab jika cakupan dan kapasitas vaksinasi tidak segera ditingkatkan, target waktu 1 tahun yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi untuk mencapai herd immunity tidak akan tercapai. Indonesia pun terancam mengalami cekaman pandemi yang semakin dalam dan berkepanjangan.

Penting bagi pemerintah, dalam hal ini Presiden Jokowi untuk tidak reaktif, apalagi mengelak terhadap hasil proyeksi angka 10 tahun. Sebab proyeksi tersebut merupakan gembaran dari data dan fakta di Indonesia sendiri.

Sikap Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang menantang Bloomberg untuk belajar ke Indonesia menunjukkan sikap pemerintah yang kurang terbuka terhadap masukan dalam penanganan pandemi. Indonesia mestinya belajar dari kesalahan ketika meremehkan hasil proyeksi Harvard University pada Februari 2020 yang menyebutkan Corona telah masuk ke Indonesia lebih awal. Saat itu Pemerintah Indonesia mengelak atas data yang disodorkan. Bukannya menjadikan proyeksi sebagai peringatan dini, pejabat-pejabat Indonesia justru melontarkan argumen yang kurang ilmiah soal kekuatan doa masyarakat Indonesia bisa mencegah Corona.

Akibatnya ketika Corona ternyata benar-benar masuk ke Indonesia, pemerintah telah terlambat sekian langkah untuk mencegah penyebarannya.


Proyeksi tentang vaksinasi dan herd immunity yang dipaparkan oleh Bloomberg perlu dijadikan sebagai skenario terburuk. Bukan untuk diterima sebagai hasil akhir, skenario terburuk "10 tahun" justru harus dijadikan target untuk dilawan. Caranya dengan mengupayakan skenario terbaik vaksinasi.

Anggaplah bahwa target vaksinasi 1 juta dosis per hari yang ditetapkan Presiden Jokowi sebagai skenario terbaik. Maka dengan memanfaatkan kalkulator Bloomberg, bisa dihitung peningkatan kapasitas vaksinasi harian yang harus diupayakan Indonesia agar vaksinasi Covid-19 bisa selesai dalam 12-15 bulan.

Memang Indonesia harus bekerja sangat keras untuk meningkatkan rerata vaksinasi yang saat ini masih berkisar 50.000-60.000 dosis per hari menjadi 1 juta dosis per hari. Akan tetapi itulah yang perlu dilakukan agar skenario terburuk "10 tahun" bisa dipatahkan.

Oleh karenanya keterbatasan tempat penyimpanan vaksin di daerah seperti yang diungkap oleh Menteri Kesehatan beberapa waktu lalu harus secepatnya ditangani. Tidak cukup hanya dengan menyiapkan tempat penyuntikan dan tenaga vaksinator, tetapi juga peningkatan kapasitas rantai dingin, termasuk fasilitas penyimpanan vaksin. Dengan demikian vaksinasi Covid-19 bisa ditingkatkan.

Perbandingan proyeksi vaksinasi Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia (The Straits times).
Perbandingan proyeksi vaksinasi Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia (The Straits times).
Indonesia juga harus melakukan penguatan mitigasi bencana untuk mengantisipasi bencana  alam yang diperkirakan meningkat pada tahun ini. 

Rentetan bencana alam yang terjadi selama 2 bulan pertama pada 2021 mengindikasikan adanya tantangan tambahan yang tidak ringan dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Kejadian bencana di banyak daerah bisa menghambat target vaksinasi.

Kabar baiknya ialah BPOM telah mengeluarkan izin pemberian vaksin bagi penduduk lansia. Mulai 8 Februari 2021, vaksin Covid-19 akan disuntikkan kepada lansia di Indonesia dengan prioritas pertama tenaga kesehatan berusia di atas 60 tahun.

Langkah ini sangat penting karena percepatan vaksinasi pada lansia selain akan lebih melindungi kelompok rentan, juga menambah cakupan vaksinasi Covid-19. 

Daftar antrean kategori penerima vaksin bisa diperpendek sehingga lebih banyak penduduk yang bisa segera divaksinasi dalam jangka waktu yang sama.

Dengan demikian rerata vaksinasi harian bisa ditingkatkan. Harapannya, Indonesia tidak perlu manahan nafas lebih lama sampai 10 tahun untuk mendapatkan herd immunity.

Mari kita lawan skenario terburuk "10 tahun" agar pandemi Covid-19 bisa segera diakhiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun