Meski demikian pada Minggu pagi itu beberapa warga terlihat melintas keluar dari gang dengan berjalan kaki menuju beberapa tempat di sekitarnya.Â
Tak jauh dari mulut gang tersebut memang dua apotek, salah satunya beroperasi 24 jam. Ada pula minimarket dan toko roti yang masih buka sejak pagi.
Kampung lain yang menerapkan lockdown lokal ialah Kumpul Rejo yang jaraknya 750 meter dari Barek-Kocoran. Kumpul Rejo juga menutup gang masuknya dari Jalan Kaliurang dengan cara mengunci portal dan memasang spanduk bertuliskan "Kumpul Rejo Lockdown, Marhaban ya Ramadan, Good bye Corona".
Ibu Wiwin, warga Kumpul Rejo sekaligus penjual gudeg dan opor yang sehari-hari berjualan di dekat gang tersebut menyebutkan bahwa lockdown lokal di kampungnya mulai diterapkan pada Sabtu malam, 28 Maret 2020.Â
Upaya tersebut dilakukan pertama-tama untuk mengantisipasi masuknya pemudik dini yang hendak pulang kampung. Kemudian untuk membatasi lalu lalang orang dan kendaraan, terutama yang bukan warga setempat.
Meski demikian, tidak semua akses menuju Kumpul Rejo ditutup. Suami Bu Wiwin yang pagi itu menemani istrinya berjualan mengatakan warga tetap bisa masuk melalui gang lain di sebelah utara.
***
Inisiatif mandiri sejumlah komunitas dan kampung untuk melakukan lockdown lokal bukan tanpa dilema. Pembatasan keluar masuk orang bisa dimengerti sebagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19. Namun, pada saat yang sama membawa konsekuensi yang perlu diperhatikan.
Di lokasi-lokasi yang banyak terdapat rumah kos, lockdown lokal bisa mengganggu akses warganya untuk mendapatkan kebutuhan dan kebutuhan penting lainnya.Â
Di media sosial mulai muncul keluh dan cerita dari mereka yang harus berputar-putar bagai menyusuri labirin sebelum akhirnya menemukan akses keluar.Â
Layanan pesan antar makanan melalui ojek online akan mengalami kesulitan, terutama jika pengemudinya belum hafal lokasi dan jalan kampung tersebut. Kendaraan pengangkut sampah bisa terhambat. Padahal, sampah perlu segera dibersihkan agar tidak menimbulkan masalah baru.Â