Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Ancaman Lain Covid-19 di Indonesia, Waspada Lonjakan Sampah Masker!

9 Maret 2020   08:33 Diperbarui: 2 Juli 2021   07:01 3763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan buang masker bekas pakai sembarangan! (dok. pri).

Penularan virus Corona (Covid-19) belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Kasus-kasus infeksi positif terus terjadi di banyak negara. 

Laju infeksi Covid-19 memang cenderung menurun di China. Sepintas ini menandakan bahwa virus mulai dapat dikendalikan. Akan tetapi di luar China korban Covid-19 justru melonjak. 

Covid-19 kini menjadi ancaman serius di Korea Selatan, Iran, dan Italia. Sementara di puluhan negara lainnya, termasuk Indonesia, Covid-19 telah memaksa setiap otoritas yang berwenang untuk meningkatkan kewaspadaan guna mencegah serta menangani kemungkinan pandemi.

Di Indonesia kewaspadaan sudah mulai diterapkan sejak 2 bulan lalu. Pemeriksaan suhu tubuh penumpang di bandara dan stasiun kereta api, misalnya. Diikuti dengan pengetatan lalu lintas orang baik akan masuk maupun ke luar dari Indonesia. 

Tingkat kewaspadaan semakin tinggi seiring terdeteksinya kasus infeksi positif pada WNI di dalam negeri pada 2 Maret 2020. Sejumlah protokol kesehatan cegah Covid-19 pun dikeluarkan.

***

Infeksi Covid-19 memang memiliki tingkat kematian yang rendah dan dapat sembuh dengan sendirinya selama sistem kekebalan tubuh individu mampu melawan virus. Namun, kenyataan Covid-19 menyebar dengan cepat ke banyak negara dan telah membunuh lebih dari 3000 jiwa tidak dapat disederhanakan. 

Apalagi, belum ada vaksin yang spesifik untuk Covid-19. Sejauh ini vaksin Covid-19 baru siap diuji coba pada binatang. Artinya, masih perlu waktu untuk diuji coba ke manusia sampai akhirnya diproduksi massal.

Oleh karena itu, fakta bahwa Covid-19 telah masuk ke Indonesia memang mengharuskan semua pihak, terutama masyarakat untuk waspada. Setidaknya tidak lengah terhadap faktor-faktor yang memungkinkan penularannya.

Di sisi lain bentuk kewaspadaan yang diharapkan secara benar seringkali tidak sama dengan respon masyarakat. Ketakutan dan kepanikan telah mendorong banyak orang mengekspresikan kewaspadaan dengan cara berlebihan. Salah satu yang paling mencolok adalah beramai-ramai membeli masker.

Upaya edukasi mengenai penggunaan masker yang tepat dan bahwa orang sehat tidak perlu berburu masker telah dilakukan. Namun, sejauh ini langkah tersebut sepertinya gagal membendung panic buying masker. Aksi berburu masker tetap terjadi.

Covid-19 membuat banyak orang yang sebelumnya tidak pernah menggunakan masker mendadak jadi pemburu masker. Mereka yang sebenarnya tidak terlalu membutuhkan masker kini merasa wajib menggunakannya. 

Termasuk mereka yang sebelumnya senantiasa menyiapkan masker untuk tujuan tertentu, misalnya mengurangi paparan polutan, semakin merasa perlu untuk mengenakannya.

***

Akibat panic buying masker yang paling terlihat adalah meroketnya harga masker. Keberadaannya pun semakin langka. 

Efeknya bisa sampai menyusahkan orang-orang yang sebenarnya sangat membutuhkan masker, seperti pasien kanker dan korban bencana. 

Beberapa hari lalu hujan abu erupsi Gunung Merapi terjadi di beberapa tempat di Solo, Klaten, dan Boyolali. Pada saat itu orang-orang kesulitan mendapatkan masker. 

Efek lain dari penggunaan masker yang meningkat drastis saat ini ialah terkait sampah atau limbah masker. Kemungkinan besar jumlah sampah bekas masker di tengah-tengah masyarakat akan bertambah. Sayangnya perhatian terhadap masalah ini cenderung kurang. 

Himbauan waspada Covid-19 yang secara masif menekankan pentingnya menjaga kebersihan, mencuci tangan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan sebagainya sebenarnya perlu diikuti dengan edukasi mengenai penanganan masker bekas pakai pada tingkat awal, yakni dari orang yang baru saja menggunakannya.

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan secara lebih serius terkait kemungkinan lonjakan limbah masker
Pertama, masker bekas pakai, terutama dalam situasi pencegahan dan penanganan wabah bisa dikategorikan sebagai limbah klinis atau perlu diperlakukan layaknya limbah klinis.

Dalam situasi normal masih belum diketahui pasti kapasitas dan kesiapan fasilitas pengolahan limbah di setiap daerah di Indonesia. Apalagi di tengah kondisi waspada Covid-19 saat ini. Pantas jika kita bertanya lebih serius bagaimana penanganan limbahnya?

Penanganan limbah klinis, termasuk masker bekas pakai, sudah semestinya menjadi bagian penting dari upaya melawan wabah seperti Covid-19.

Sementara masyarakat Indonesia selama ini tidak terbiasa untuk memperlakukan dan menangani sampah secara benar. Memilah dan memisah sampah belum jadi budaya kita. Contoh sederhana ialah masih gagapnya kita melakukan pemisahan jenis sampah rumah tangga sebelum dibuang. 

Kurang mampunya masyarakat memperlakukan sampah, ditambah fasilitas pengolahan limbah klinis yang masih perlu dipastikan kesiapan dan kapasitasnya, bisa mendatangkan ancaman tersendiri.

Kedua, terkait ancaman di balik masker bekas pakai, kita menghadapi kondisi samar-samar atau ketidakpastian. Tidak mudah untuk memastikan kesehatan setiap orang yang menggunakan masker saat ini. Kalaupun sebagian besar pengguna masker merupakan orang yang sehat, tidak ada jaminan bebas risiko infeksi akibat sampah masker.

Infeksi oleh virus dari sampah masker memang kecil kemungkinannya mengingat virus pada umumnya tidak tahan terlalu lama di luar tubuh inang. Akan tetapi pada masker bekas pakai sangat mungkin terdapat patogen lainnya, seperti bakteri dan jamur. 

Jika limbah masker yang menumpuk dan tersebar di banyak tempat tidak tertangani dengan benar, adanya patogen dalam jumlah yang cukup dari sampah-sampah masker tersebut bisa menimbulkan penyakit.

Ketiga, selain risiko kesehatan, masker-masker bekas pakai yang tidak tertangani sebagai mestinya akan memberi peluang pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memanfaatkannya. Keberadaan masker rekondisi perlu menjadi perhatian.

Oleh karena itu, pemantauan terhadap penjualan dan penimbunan masker sudah seharusnya diperketat dengan memeriksa kondisi masker yang beredar di pasaran. Jangan sampai penjualan dan peredaran masker rekondisi lolos dari pengawasan.

***

Di sisi lain setiap orang yang menggunakan masker perlu melakukan langkah atau tindakan mandiri untuk memperkecil peluang penyalahgunaan sampah masker bekas pakai. 

Pertama-tama ialah menyobek masker sebelum dibuang. Tidak harus menjadi beberapa bagian terpisah, tapi cukup untuk merusaknya sehingga tidak bisa direkondisi. Kemudian lipat masker ke arah dalam menjadi ukuran terkecil yang mungkin bisa dilipat. Gunakan tali pada masker untuk mengikat lipatan agar tidak terbuka.

Robek, lipat, dan ikat masker bekas pakai sebelum dibuang (dok. pri).
Robek, lipat, dan ikat masker bekas pakai sebelum dibuang (dok. pri).
Jangan membuang masker bekas pakai sembarangan. Buanglah pada tempat sampah. Sepanjang kita dalam keadaan sehat, masker bekas pakai bisa dibuang ke tempat sampah umum di mana sampah biasanya dibuang. Sedangkan masker yang digunakan oleh orang yang sakit atau memiliki gejala semestinya dibuang ke tempat khusus. 

Akan tetapi lagi-lagi ada kondisi samar karena tidak mudah bagi setiap orang, terutama mereka yang tidak sedang dalam pengawasan rumah sakit, untuk memastikan kesehatannya sendiri. 

Oleh karena itu baiknya pemerintah menyediakan tempat sampah khusus untuk masker bekas pakai di beberapa tempat umum. Setelah membuang masker bekas pakai, segeralah mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer (disinfektan) 

Ke depan Indonesia dengan populasi jumlah penduduk yang besar juga perlu mempertimbangkan untuk menambah fasilitas pengelolaan limbah klinis. 

China telah mencontohkan hal itu dengan membangun sejumlah tempat penampungan, pengolahan dan penghancuran limbah klinis baru seiring wabah Corona di negerinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun