Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Banjir, Antara Kepemimpinan Bencana dan Bencana Kepemimpinan

26 Februari 2020   08:44 Diperbarui: 27 Februari 2020   10:26 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga menggunakan atap untuk berlindung sebelum di evakuasi saat banjir di Jalan Karet Pasar Baru, Karet Tengsin, Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2020). Hujan deras sejak Senin dini hari membuat sejumlah daerah di Ibu Kota tergenang banjir. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Kepemimpinan bencana akan siap dengan mitigasi dan "payung-payung" sebelum hujan mengguyur. Payung memang tidak akan mencegah datangnya hujan, tapi bisa mengurangi kemungkinan basah kuyup akibat guyuran hujan. 

Oleh karena itu, dalam kepemimpinan bencana selalu ada payung-payung. Payung-payung itu memiliki fungsi dan kegunaan yang bisa diukur. Lebih penting dari itu, payung-payung tersebut memang konkret adanya.

Tipe kedua adalah bencana kepemimpinan yang merupakan kebalikan sebagian atau seluruhnya dari kepemimpinan bencana.

Jika dalam kepemimpinan bencana hadir niat dan motivasi yang tinggi untuk menjadikan pencegahan bencana sebagai prioritas, maka bencana kepemimpinan bisa bermula dari ketidakpedulian pada hal tersebut. 

Karena tidak ada niat dan motivasi yang tinggi, maka bencana ditunggu tanpa disertai upaya yang cukup untuk mencegah, mengantisipasi, dan mengurangi dampaknya.

Bencana kepemimpinan adalah malpraktik kepemimpinan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Bentuknya bisa kebijakan, perkataan, sikap maupun tindakan-yang disadari atau tidak disadari justru melemahkan ketahanan bencana. 

Pemimpin yang membahagiakan warganya dengan membiarkan pembangunan hunian di pinggir sungai pada dasarnya sedang melemahan ketahanan dan kesadaran bencana. Disadari atau tidak hal itu sama saja menjerumuskan masyarakat untuk mendekati mulut bencana.

Kepemimpinan yang kurang termotivasi untuk mencegah bencana akan menempatkan wilayah atau daerah pada situasi yang semakin rawan bencana. 

Tentang banjir misalnya, alih-alih mendayagunakan potensi, modal, dan kesadaran semaksimal mungkin untuk mencegah atau mengurangi dampak banjir, yang terjadi justru mempromosikan sikap penerimaan dan toleransi terhadap bencana layaknya keniscayaan yang menyertai hujan.

Di sinilah bahaya dari bencana kepemimpinan karena merusak kesadaran, kultur, dan kewaspadaan terhadap bencana.

Dalam bencana kepemimpinan tak ada gagasan jalan keluar yang sungguh-sungguh diyakini. Bencana dipandang akan tuntas sendirinya dengan kata-kata. Padahal bukan kata-kata atau wacana yang akan mengubah keadaan. Malahan kata-kata bisa membuat bencana kian cepat dan hebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun