Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Nestapa NET TV karena Azab atau Revolusi?

14 Agustus 2019   09:24 Diperbarui: 14 Agustus 2019   18:00 21250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akun Instagram NET TV (dok. pri).

Dari sinilah permasalahan timbul. Gairah "Televisi Masa Kini" yang diusung oleh NET mungkin luput memperhitungkan secara lebih cermat perilaku "Penonton Masa Kini". 

Meski demikian, bukan berarti krisis yang menimpa NET disebabkan oleh ketidaksetiaan "Penonton Masa Kini". Tidak ada alasan untuk menjadikan penonton sebagai "tersangka" atas krisis yang menimpa sebuah TV. Lagipula "Penonton Masa Kini" berlaku sama pada semua TV.

Gara-gara Azab?

NET memang banyak dipuja oleh masyarakat, terutama generasi milenial. Namun, hal itu tak cukup membantu. Bagaimana pun "kehadiran" penonton secara nyata di depan layar TV masih sangat menentukan nasib sebuah stasiun TV. Sementara acara-acara NET yang oleh banyak orang disebut sebagai acara bermutu ternyata tidak terlalu mendatangkan banyak penonton.

Dari sekian banyak tanggapan dan pendapat yang muncul terutama di media sosial terkait krisis NET, tidak sedikit yang berpendapat bahwa NET butuh "acara alay" agar penontonnya bertambah. Bahkan, NET perlu menayangkan FTV "Azab" supaya rating acaranya terdongkrak. 

Baik dimaksudkan sebagai satir maupun pendapat yang serius, pernyataan semacam itu hampir mendekati arti bahwa krisis atau kesulitan keuangan NET yang disebabkan karena rating dan iklan yang kecil, dipicu gara-gara tidak ada FTV "Azab" di layar NET.

Padahal, tidak ada jaminan jika NET menghadirkan tayangan serupa "Azab" maka akan terjadi migrasi banyak penonton ke layar NET. Sejauh mana tayangan "Azab" NET akan bisa bersaing dengan sinetron dari TV-TV lain yang lebih mapan masih tanda tanya. 

Selama NET masih menjadikan "Televisi Masa Kini" sebagai keyakinannya untuk bertarung di industri TV tanah air dan selama "Penonton Masa Kini" masih menjadi kiblat revolusi media, tayangan "Azab" tidak akan banyak berpengaruh.

Apa yang dialami NET lebih merupakan konsekuensi dan risiko dari sebuah upaya penaklukan yang dikehendaki sendiri oleh NET. Ada jalinan yang tidak mulus antara gairah "Televisi Masa Kini" dengan sikap "Penonton Masa Kini". Itulah kenyataan sulit yang harus dihadapi oleh NET.

Jika nantinya tayangan "Azab" atau "acara alay" menghiasi layar NET TV dan berhasil meraih rating tinggi, bukan berarti "Penonton Masa Kini" telah sudi menonton TV lebih lama dan berubah seleranya. Hal itu lebih menunjukkan bahwa NET tidak lagi berambisi memeluk "Penonton Masa Kini". 

Indikasinya sudah terlihat sekarang. NET meng-upgrade slogannya dengan "Nonton TV Asyiknya di NET". Ini bisa diartikan sebuah ajakan yang lebih agresif kepada masyarakat untuk lebih sering menonton acara-acara NET. 

Namun, kata "Asyik" juga semacam isyarat bahwa NET segera mengubah haluan, meski mungkin tidak terlalu radikal. NET memilih untuk tidak terlalu keras lagi menjadi "Televisi Masa Kini".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun