Sekarang dari sisi para pemberi. Kalau ditanya mengapa orang mau bersedekah? Jawabannya bermacam-macam.Â
Pertama karena pengaruh budaya. Salah satu aktualisasi sifat kepribadian orang Indonesia yang diturunkan dari budaya gotong royong dan kekeluargaan adalah murah hati.
Orang Indonesia terkenal murah hati. Kemurahan hati masyarakat kita tidak hanya kepada orang yang membutuhkan, tapi juga kepada para pengemis yang belum diketahui secara pasti apakah mereka sebenarnya membutuhkan atau hanya pura-pura membutuhkan.
Masyarakat kita selalu siap untuk mengulurkan tangan. Termasuk kepada para peminta yang berjejer di pinggir jalan dan yang berbaris rapi di depan masjid setiap selesai sholat Jumat. Juga kepada orang-orang berpakaian rapi yang sering tiba-tiba muncul depan pintu rumah lalu menyodorkan map berisi selembar surat sakti.Â
Sulit menggugat sifat murah hati orang-orang Indonesia. Bisakah kita menyuruh diri sendiri untuk sehari saja menjadi orang yang sama sekali tidak murah hati?
Kedua, memberi membuat orang merasa lebih baik dan puas. Selama hidup kita tidak hanya dibesarkan oleh norma-norma, tapi juga dibimbing oleh dogma-dogma. Kita mendapat pengajaran yang kita yakini sepanjang hidup bahwa "Memberi lebih baik daripada menerima" dan "Memberi tidak akan membuat kita kehilangan. Semakin banyak memberi membuat kita akan semakin banyak menerima".
Keyakinan akan hal itu sudah lebih dari cukup menggerakkan siapapun untuk memberi uang kepada para peminta. Lalu karena telah mampu bertindak mengikuti dogma yang diyakini, kitamerasa puas dan memaknainya sebagai perbuatan baik yang perlu diulangi.Â
Kepuasaan yang sama juga dirasakan saat memberi sedekah di bulan Ramadan. Banyak orang yang berpuasa ingin meningkatkan sedekah karena yakin pada ajaran bahwa setiap amal ibadah di bulan suci akan diganjar dengan penerimaan pahala berlipat ganda. Dari sudut pandang ini bisa dikatakan pula bahwa orang memberi karena ingin mendapatkan sesuatu.
Ketiga, memberi diyakini sebagai penebusan rasa bersalah atau dosa. Seringkali orang yang telah melakukan suatu kesalahan akan segera berpikir dan mencari cara agar perasaan bersalahnya sedikit berkurang. Dan, memberi kepada pengemis di lampu merah atau di halaman masjid dianggap sebagai cara penebusan paling ringan dan paling cepat untuk mengurangi perasaan bersalah dalam diri.
Keempat, pernahkah kita memberi karena tidak punya pilihan lain? Bagaimana reaksi kita saat membuka pintu rumah yang diketuk lalu mendapati orang dengan suara rendah dan wajah mengiba meminta sumbangan? Ingat juga berapa kali kita mendapat tawaran dari kasir minimarket untuk menyumbangkan uang kembalian kita. Pada kesempatan lain kita memberi karena orang-orang di sekitar kita telah memberi lebih dulu. Sebagian dari pengalaman-pengalaman seperti itu diwarnai ketidaksanggupan kita untuk mengatakan "tidak".