Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berbagi Kebahagiaan-kebahagiaan yang Sama Lewat Menggambar

23 Agustus 2017   15:33 Diperbarui: 24 Agustus 2017   15:43 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil corat-coret dengan connector pen Faber Castell (dok. pri).

Biasanya setelah dinasihati dengan sedikit "ancaman" kalau saya akan pergi jika mereka tetap ribut, keduanya langsung akur kembali. Kegiatan menggambar dan mewarnai pun dilanjutkan. Kami bisa betah menggambar hingga menghabiskan beberapa lembar kertas gambar. Apalagi dengan pensil warna dan connector pen produk faber castell yang mudah digunakan dan mampu menghasilkan komposisi warna yang indah.

Selesai menggambar saya mengajak keduanya merapikan semua peralatan yang telah digunakan. Kepada keponakan yang berusia 6 tahun kadang saya menyelipkan tantangan matematika dengan memintanya menghitung ulang pensil warna dan connector pen miliknya. Jika jumlahnya sudah utuh berarti tidak ada yang hilang. Beruntung connector pen faber castell memiliki tutup yang bisa saling disatukan. Otomatis hal itu membuatnya mudah disimpan tanpa khawatir tercerai berai.

Menggambar Bersama Pengungsi

Selain bisa membahagikan keponakan tercinta dengan menemani mereka menggambar dan mewarnai, menggambar juga telah menghadirkan beberapa pengalaman dan kesan tak terlupakan bagi saya. Salah satunya ketika bergabung dalam tim relawan di sebuah tempat pengungsian korban bencana erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta pada November 2010. 

Suatu hari relawan berbagi tugas mendampingi anak-anak pengungsi melakukan berbagai kegiatan, seperti mendongeng, menonton film, bermain di lapangan dan menggambar. Saya memilih yang terakhir dengan harapan melalui menggambar saya bisa lebih dekat dengan anak-anak pengungsi. Menggambar akan membuat suasana hati anak-anak menjadi lebih ceria sehingga lebih mudah diajak berinteraksi.

Menggambar bersama anak pengungsi korban letusan Gunung Merapi pada 2010 (dok. pri).
Menggambar bersama anak pengungsi korban letusan Gunung Merapi pada 2010 (dok. pri).
Kami pun berkumpul di bawah naungan tenda sumbangan dari dinas sosial. Semua anak terlihat antusias. Saya lalu membagikan kertas HVS A4 yang saya bawa sendiri. Kemudian saat saya mengeluarkan pensil warna dan menghamparkannya di atas tikar, keceriaan anak-anak itu semakin mengembang. Mereka sudah tahu apa yang akan dikerjakan tanpa saya sebutkan lebih dulu.

Saya membiarkan mereka menggambar apapun yang dikehendaki. Mereka juga boleh meminta kertas lebih dari satu. Saya hanya berpesan agar mereka berbagi dan bergantian menggunakan pensil warna karena jumlahnya tidak banyak. Dengan peralatan menggambar dan mewarnai yang sederhana, anak-anak pengungsi itu ternyata sudah cukup senang. 

Suasana yang cair membuat saya leluasa membangun obrolan ringan di sela-sela keasyikan mereka menggambar. Sesekali saya menyelipkan cerita-cerita sederhana seperti tumbuhan, hewan, dan bentuk-bentuk lain yang digambar oleh mereka. Meski hanya sekitar satu jam menggambar bersama, tapi menyenangkan bagi kami semua. 

Gambar-gambar yang dibuat dan warna-warna yang dituangkan oleh anak-anak pengungsi itu mencerminkan dunia mereka yang sederhana, tapi penuh imajinasi. Meski guratan lelah terlihat di wajah polos mereka karena sudah beberapa hari tinggal di pengungsian, tapi binar mata dan senyum ceria seolah mengatakan bahwa mereka tetap bisa bahagia. Seketika itu saya belajar dari mereka tentang ketabahan dan kekuatan menjalani hidup dengan penuh syukur.

***

Setiap kali melihat anak-anak menggambar ingatan saya juga terlempar ke belakang. Menggambar boleh dikatakan sebagai hobi saya saat TK dan SD. Hampir setiap hari ada saat di mana saya asyik menggambar. Orang tua pun sering membelikan peralatan menggambar. Meski pensil warna dan buku gambar yang saya miliki saat itu tidak sebagus dan sebanyak peralatan menggambar anak-anak zaman sekarang, tapi berkat semua itu masa kecil saya menjadi berwarna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun