3. Investor dan Spekulan, Sensasi tentang kristal plasma membuka ruang spekulasi ekonomi. Narasi ini menciptakan ilusi potensi besar yang bisa menarik modal, kemitraan, dan dukungan internasional---meski belum ada bukti ilmiah yang mendasarinya.
Mereka yang Menyusun dan Menyebarkan Narasi
1. Kreator Konten Viral, Â Video YouTube dan TikTok yang menyebarkan narasi ini sering kali dibuat oleh akun anonim tanpa kredensial ilmiah. Tujuannya bukan edukasi, melainkan viralitas dan monetisasi. Mereka membentuk persepsi publik dengan visual dramatis dan retorika futuristik.
2. Media Siluman dan Jaringan Propaganda, Â Investigasi menunjukkan adanya media tak terdaftar yang aktif menyebarkan narasi bombastis tentang Papua. Mereka mengulang konten tanpa verifikasi, sering kali menyisipkan agenda politik atau ekonomi tertentu.
3. Korporasi dan Aktor Negara ,Melalui kampanye CSR, laporan tahunan, dan pencitraan digital, korporasi dan pemerintah dapat mengarahkan wacana publik. Mereka memilih apa yang ditampilkan dan apa yang disembunyikan, menjadikan narasi sebagai alat kontrol.
Mereka yang Tak Diajak Bicara
1. Masyarakat Adat Papua Meski tanah mereka dijadikan latar cerita, suara mereka jarang muncul dalam narasi. Hak ulayat, pengetahuan lokal, dan aspirasi komunitas sering kali diabaikan. Mereka menjadi objek, bukan subjek.
2. Ekosistem dan Lingkungan  Narasi tentang energi abadi tidak menyebut dampak ekologis dari eksplorasi. Hutan, sungai, dan keanekaragaman hayati Papua terancam oleh proyek-proyek besar yang dibungkus dengan retorika pembangunan.
3. Publik Umum Masyarakat luas menerima informasi yang belum diverifikasi. Mereka dibentuk oleh emosi dan imajinasi, bukan oleh data dan refleksi. Dalam proses ini, kemampuan kritis publik bisa tergerus oleh sensasi.
Dalam narasi Kristal Plasma Biru, kita melihat cermin yang tidak datar. Ia memantulkan wajah-wajah yang dipilih, menyembunyikan yang lain. Ia memperlihatkan harapan, tapi juga mengaburkan kenyataan.
Untuk memahami siapa yang benar-benar diuntungkan, kita harus bertanya: siapa yang menulis cerita, siapa yang punya akses ke panggung, dan siapa yang hanya menjadi latar. Dan dari sana, kita bisa mulai membongkar narasi, bukan untuk menolaknya, tapi untuk memulihkannya---agar semua suara bisa terdengar.
Hf
Kamis 21 Agustus