Mohon tunggu...
Kurniawan
Kurniawan Mohon Tunggu... Lainnya - -

😎😎😎

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebangkitan Manusia Setelah Kematian

7 Oktober 2020   01:20 Diperbarui: 7 Oktober 2020   01:21 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
-Angels and Saints of the Last Judgement by Michaelangelo-/shionoyama.com

Tubuh manusia, bagaimanapun, tidak lagi merupakan hal yang berarti pada kebangkitan manusia. Dua alasan berikut cukup kuat untuk menjelaskan bahwa jiwa manusialah yang akan dibangkitkan. Pertama, kebangkitan manusia setelah kematian merupakan fase di mana manusia menjalani kehidupan baru (atau hidup lagi)di alam yang jelas sama sekali lain dari kehidupan dunia saat ini. Kedua, stigma tubuh, yakni bahwa tubuhlah akar dari kejahatan sehingga harus dikendalikan oleh jiwa, lalu yang pantas mendapat ganjaran adalah jiwa.

Jiwa manusia yang akan dibangkitkan merupakan suatau keniscayaan. Fakta bahwa tubuh manusia akan lenyap atau terurai menyatu dengan alam setelah kematian bukanlah persoalan. Lenyapnya jasad manusia serta kuasa Tuhan ikut berperan langsung atau tidak, tidak akan menghalangi peristiwa kebangkitan manusia.

Jiwa manusia yang dibangkitkan akan memiliki kondisi yang di tentukan oleh hubungan jiwa dan tubuh semasa hidup di dunia. Apabila pengaruh ketubuhan begitu kuat, jiwa manusia terikat pada duniawi. Lain halnya dengan jiwa yang tidak memiliki hubungan dengan tubuh, ia akan langsung kembali ke tempat suci.

Optimisme
Formulasi manusia sebagai kesatuan tubuh dan jiwa diikuti dengan adanya keyakinan yang kuat atas berlangsungnya kuasa Tuhan baik secara langsung maupun tidak, dapat menjembatani kesuliatan-kesulitan untuk menjelaskan kebangkitan manusia setelah kematian. Terdapat dua kemungkinan apa yang terjadi pada saat kebangkitan manusia. Keduanya mendeskripsikan bahwa manusia memiliki tubuh dan identik dengan dirinya meski berada di alam yang jelas berbeda dengan dunia saat ini.

Pertama, manusia akan memiliki tubuh yang baru. Jasad yang telah hancur, entah bagaimana, akan digantikan dengan tubuh yang baru. Materi-materi penyusun tubuh yang baru itu sangat mungkin berbeda dengan materi-materi penyusun tubuh manusia pada saat di dunia. Ini terjadi tanpa mengurangi identitas ciri khas masing-masing individu. Hal ini dimungkinkan karena esensi manusia adalah jiwa yang membentuk keutuhan. Barulah di sini kuasa Tuhan bekerja. Tuhan ialah causa subjek atas manusia "baru".

Kedua, manusia akan memiliki tubuh yang dibentuk dari materi yang didapatkan dari sebagian jasadnya, namun dengan rupa yang berbeda dari kehidupan dunia. Jasad manusia tidak sepenuhnya terurai menyatu dengan alam. Misalnya ada yang menyatakan bahwa manusia akan dibangkitkan melalui tulang ekornya. 

Bagaimanapun itu, materi dari jasad manusia diperlukan sebagai identitas dan keunikan individu masing-masing. Jiwa sebagai esensi manusia akan disatukan kembali oleh Tuhan dengan sisa jasadnya menjadi manusia utuh lagi. Ini juga berarti bahwa Tuhan "memelihara" jasad manusia.

Kedua kemungkinan tersebut sama-sama mengandaikan bahwa bentuk manusia akan ditentukan oleh hubungan tubuh dan jiwa semasa hidup di dunia. Jadi tubuh manusia akan mengalami perubahan substansial setelah kebangkitan.

Tubuh manusia begitu dibutuhkan karena adanya keyakinan bahwa kehidupan di dunia saat ini bukanlah kehidupan yang sempurna. Manusia akan mendapatkan kesempurnaannya setelah kematiannya. Hanya dengan kondisi utuh jiwa dan tubuh, manusia mendapat kesempurnaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun