Mohon tunggu...
Kurniawan
Kurniawan Mohon Tunggu... Lainnya - -

😎😎😎

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebangkitan Manusia Setelah Kematian

7 Oktober 2020   01:20 Diperbarui: 7 Oktober 2020   01:21 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
-Angels and Saints of the Last Judgement by Michaelangelo-/shionoyama.com

“Tentang apakah mereka saling bertanya? Tentang berita besar yang mereka tentang itu saling berselisih. Sekali-kali tidak, kelak mereka akan mengetahui kemudian sekali-kali tidak, kelak mereka akan mengetahui. ” (QS: An Naba 1-5)

Kutipan di atas merupakan terjemahan langsung dari surah  An Naba ayat 1 sampai 5. Inti pesan yang hendak disampaikan, kurang lebih, adalah bahwa peringatan maupun "ancaman" terhadap manusia (lalai) akan keniscayaan kiamat. Inti pesan itu, oleh karenanya, mengingatkan kita mengenai kebangkitan manusia setelah kematian.

Tanggapan manusia mengenai berita besar tesebut saling berselisih. Ada yang membenarkan dan menerimanya tanpa keraguan sedikitpun. Ada yang menilai bahwa kiamat beserta kebangkitan manusia setelah kematian merupakan peristiwa yang mustahil. Ada yang meyakini tetapi meragukan dan menagih penjelasan rasional. Ada pula yang dapat menerimanya tetapi memilih mengingkarinya karena alasan tertentu.

Perkara kebangkitan manusia setelah kematian melibatkan kayakinan manusia dan aspek pikiran. Agaknya aspek pikiranlah yang lebih dominan. Tulisan ini mengajak untuk melihat kemungkinan-kemungkinan bagaimana kebangkitan manusia setelah kematian.

Materialisme
Kenyataan tak terbantahkan mengenai kehidupan manusia adalah kematian. Setiap manusia pasti akan mati. Kita semua sepakat.

Di dalam kubur, jasad manusia terurai. Mengenai kondisi jiwa manusia setelah kematian terdapat banyak versi. Dari sinilah mulainya persoalan. Apakah jiwa manusia tetap hidup setelah kematian tubuhnya?

Pertanyaan itu dapat dengan mudah kita jawab. Jiwa manusia tetap hidup setelah kematian. Alasannya, pada kematian itu yang terjadi adalah kematian biologis. Hanya tubuh manusia yang mati. Jika demikian, maka bagaimana mungkin kebangkitan manusia setelah kematian sementara tubuh manusia telah terurai menyatu dengan alam. 

Ini nampak mustahil. Namun belum tentu tidak mungkin. Dalam kuasa Tuhan tidak ada yang tidak mungkin. Bagaimanapun, konsekuensi keterlibatan Tuhan secara langsung ialah tidak adanya opsi mengenai dualitas dan bahkan mungkin juga elaborasi tubuh dan jiwa. Oleh karena itu, deskripsi kebangkitan manusia setelah kematian akan sangat terbatas. Apabila  tubuh manusia telah lenyap, yang dapat menyatukan kembali antara tubuh dan jiwa adalah Tuhan.

Gambaran mengenai kebangkitan manusia setelah kematian yakni bahwa manusia akan memiliki kondisi yang kurang lebih sama dengan kondisi kehidupan sebelum kematian. Hal ini demikian karena, tubuh manusia identik dengan ciri kepribadian masing-masing individu. Kebangkitan manusia dari kematiannya haruslah disusun oleh materi-materi pembentuk tubuh yang menyusun tubuh manusia pada kehidupan sebelum kematian dan ini mustahil kecuali melibatkan kuasa Tuhan.

Psikologisme
Adanya kesadaran bahwa manusia digerakkan oleh daya imaterial merupakan dasar psikologisme. Oleh karena penjelasan dari daya imaterial memiliki opsi dualitas maupun keutuhan manusia, keterlibatan Tuhan tidak lagi begitu absolut. Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa.

Tubuh dan jiwa manusia dapat berhubungan secara reprosikal, dualitas dan bahkan diskontinuitas. Jiwa sebagai penggerak manusia dapat dipengaruhi oleh tubuhnya, namun sekaligus dapat menjadi sangat determinan bahkan hingga ketubuhannya itu sendiri tidak memiliki pengaruh sama sekali. Kendati demikian, tubuh manusia bukanlah hal yang penting dalam kebangkitan setelah kematian. Hanya jiwa manusialah yang akan dibangkitkan.

Tubuh manusia, bagaimanapun, tidak lagi merupakan hal yang berarti pada kebangkitan manusia. Dua alasan berikut cukup kuat untuk menjelaskan bahwa jiwa manusialah yang akan dibangkitkan. Pertama, kebangkitan manusia setelah kematian merupakan fase di mana manusia menjalani kehidupan baru (atau hidup lagi)di alam yang jelas sama sekali lain dari kehidupan dunia saat ini. Kedua, stigma tubuh, yakni bahwa tubuhlah akar dari kejahatan sehingga harus dikendalikan oleh jiwa, lalu yang pantas mendapat ganjaran adalah jiwa.

Jiwa manusia yang akan dibangkitkan merupakan suatau keniscayaan. Fakta bahwa tubuh manusia akan lenyap atau terurai menyatu dengan alam setelah kematian bukanlah persoalan. Lenyapnya jasad manusia serta kuasa Tuhan ikut berperan langsung atau tidak, tidak akan menghalangi peristiwa kebangkitan manusia.

Jiwa manusia yang dibangkitkan akan memiliki kondisi yang di tentukan oleh hubungan jiwa dan tubuh semasa hidup di dunia. Apabila pengaruh ketubuhan begitu kuat, jiwa manusia terikat pada duniawi. Lain halnya dengan jiwa yang tidak memiliki hubungan dengan tubuh, ia akan langsung kembali ke tempat suci.

Optimisme
Formulasi manusia sebagai kesatuan tubuh dan jiwa diikuti dengan adanya keyakinan yang kuat atas berlangsungnya kuasa Tuhan baik secara langsung maupun tidak, dapat menjembatani kesuliatan-kesulitan untuk menjelaskan kebangkitan manusia setelah kematian. Terdapat dua kemungkinan apa yang terjadi pada saat kebangkitan manusia. Keduanya mendeskripsikan bahwa manusia memiliki tubuh dan identik dengan dirinya meski berada di alam yang jelas berbeda dengan dunia saat ini.

Pertama, manusia akan memiliki tubuh yang baru. Jasad yang telah hancur, entah bagaimana, akan digantikan dengan tubuh yang baru. Materi-materi penyusun tubuh yang baru itu sangat mungkin berbeda dengan materi-materi penyusun tubuh manusia pada saat di dunia. Ini terjadi tanpa mengurangi identitas ciri khas masing-masing individu. Hal ini dimungkinkan karena esensi manusia adalah jiwa yang membentuk keutuhan. Barulah di sini kuasa Tuhan bekerja. Tuhan ialah causa subjek atas manusia "baru".

Kedua, manusia akan memiliki tubuh yang dibentuk dari materi yang didapatkan dari sebagian jasadnya, namun dengan rupa yang berbeda dari kehidupan dunia. Jasad manusia tidak sepenuhnya terurai menyatu dengan alam. Misalnya ada yang menyatakan bahwa manusia akan dibangkitkan melalui tulang ekornya. 

Bagaimanapun itu, materi dari jasad manusia diperlukan sebagai identitas dan keunikan individu masing-masing. Jiwa sebagai esensi manusia akan disatukan kembali oleh Tuhan dengan sisa jasadnya menjadi manusia utuh lagi. Ini juga berarti bahwa Tuhan "memelihara" jasad manusia.

Kedua kemungkinan tersebut sama-sama mengandaikan bahwa bentuk manusia akan ditentukan oleh hubungan tubuh dan jiwa semasa hidup di dunia. Jadi tubuh manusia akan mengalami perubahan substansial setelah kebangkitan.

Tubuh manusia begitu dibutuhkan karena adanya keyakinan bahwa kehidupan di dunia saat ini bukanlah kehidupan yang sempurna. Manusia akan mendapatkan kesempurnaannya setelah kematiannya. Hanya dengan kondisi utuh jiwa dan tubuh, manusia mendapat kesempurnaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun