Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Silaturahmi, bisa Jadi Tak Ada Tahun Depan

2 September 2025   12:42 Diperbarui: 2 September 2025   12:42 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi silaturahmi | foto: www.fimela.com via hipwee.com

Hari ini aku belajar tentang pentingnya silaturahmi. Bukan hanya formalitas tiap lebaran. Melainkan, siapa tahu itu adalah perjumpaan terakhir.

***

Dalam tiga tahun terakhir aku bisa menikmati dan mensyukuri momen silaturahmi saat lebaran, khususnya bersama kerabat dari pihak Bapak. Sebelum-sebelumnya, aku terlalu ciut untuk membaur. Bapak tipe anti-sosial. Kami termasuk minoritas di daerah tempat tinggal kami.

Kini, setelah menikah dan punya anak, dengan generasi muda yang lebih fleksibel, aku lebih bisa menempatkan diri. Ada sedikit rasa bangga saat mengajak anak dan istri untuk turut bersilaturahmi. Ada temannya.

Di rumah Mbah (sepantaran Bapak), juga ramai. Sebab sudah banyak cucu dan cicit yang menjadi peserta silaturahmi (baca: penerima amplop fitrah). Kesannya, suasana makin meriah dengan kehadiran cucu dan cicit. Ada yang berebut mainan sampai jajanan.

Lebaran tahun lalu, aku mengajak anak istri untuk bersilaturahmi ke kampung asalku, tempat kerabat Bapak tinggal. Namun, entah kenapa, aku belum sempat mengunjungi kerabat ibu yang tersebar di beberapa daerah, meski masih sekitaran domisiliku.

Minggu malam, aku mendapat kabar duka di salah satu grup keluarga. Ini menjadi setitik penyesalanku karena tidak mengunjungi kerabat ibu saat lebaran lalu. Salah satu kakak sepupuku memberitahukan bahwa ibunya (Budeku) meninggal dunia.

Begitu mendadak. Tiba-tiba. Tak ada penyebab. Bak petir di tengah malam. Namun, jenazah masih diurus di rumah sakit. Aku meneruskan informasi kepada Ibu. Kakaknya meninggal dunia. Padahal, selama ini Bude itu nampak sehat, bisa aktif dalam kegiatan sosial maupun gereja. Selalu muncul senyum di wajahnya, meski banyak masalah menggempurnya sejak masih muda.

Ibadah penghiburan dan pemakaman dilakukan esok harinya, mulai jam 9. Aku pun galau. Sulit untuk mengajukan izin di sekolahku, meski ini dalam suasana duka. Apalagi diterapkan PJJ (pembelajaran jarak jauh) darurat buntut dari demo yang terjadi di berbagai daerah.

Pemerintah Kota memberlakukan kebijakan ini untuk memastikan anak-anak dalam situasi aman. Supaya murid-murid tidak terlibat maupun menjadi korban dari demo yang mungkin ada unsur anarkis.

Akhirnya, hari Selasa pagi aku segera meminta izin kepada kepsek untuk datang terlambat. Aku akan mampir ke rumah duka bersama Bapak dan Ibu, setelahnya segera ke sekolah untuk mengajar secara online. Bersyukurnya lagi, aku mengajar bukan di jam pertama. Jadi masih ada waktu untuk melakukan persiapan. Berikut beberapa pelajaran tentang pentingnya silaturahmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun