5. Kesehatan dan Keamanan
Orang tua takut anak sakit, jatuh, atau mengalami kecelakaan kecil di sekolah, terutama jika belum bisa mengungkapkan apa yang dirasakannya. Jika kecelakaan di rumah, diketahui orang tua, lebih mudah untuk menanganinya. Maka, jangan over protective kepada anak.Â
Dalam kasus anakku, kami sudah sounding seminggu sebelumnya. Minggu depan sudah mulai sekolah untuk kelompok preschool, akan memakai seragam. Waktu menjahitkan seragam, kami juga mengajak anak supaya ia menikmati prosesnya. Beberapa hari kemudian seragamnya jadi. Niat hati, kami ingin menjajal seragam tersebut. Nyatanya, anak tidak mau memakai seragam. Bagaimana ini...?
Belum apa-apa pun, anak sudah tidak mau memakai seragam. Bagaimana mau mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)?
Hari masuk sekolah tiba. Setelah melakukan perundingan meja kotak, akhirnya anak kami mau berangkat ke sekolah. Ada satu anak teman (tetangga di rumah, teman guru pula) yang sepantaran dengan anak kami. Jadi, minimal anak kami sudah ada temannya.
Berangkat Susah, Pulang Susah
Dua hari pertama, mau dimandikan dan dipakaikan baju susah minta ampun. Di area sekolah banyak wahana bermain. Anak kami suka bermain di wahana ini. Pulangnya, ia juga susah. Asyik bermain terus. Sampai gurunya melaporkan, anak kami penghuni terakhir di kelas. Wah...
Banyak Kegiatan Menarik
Seperti kelompok bermain pada umumnya, harus banyak variasi kegiatan yang menarik. Bahkan sekitar 80% kegiatannya adalah bernyanyi, menari, dan bermain. Namanya juga masih anak-anak. Ditambah lagi, di sekolah anakku, guru-gurunya masih muda, kreatif dan enerjik. Tak ayal, anak-anak betah berada di sekolah, meski hanya sekitar dua jam.
Bisa Makan Sendiri
Semua potensi ketakutan di atas, terpatahkan dengan satu insiden. Suatu hari saat istirahat makan, anak kami memakan dengan lahap bekal yang disiapkan istriku. Makan sendiri, sampai habis. Wow!