"Papa, sayapnya Andy patah. Bagaimana ini? Tolong..." rengek anakku suatu hari.
Andy adalah mainan pesawat orange yang bisa berubah menjadi robot. Mirip seperti karakter dalam film kartun "Planes" garapan Disney.
Saking antusiasnya bermain mobil/pesawat yang bisa bertransformasi menjadi robot, kadang anak kami mainnya terlalu keras sehingga beberapa bagian lepas, atau bahkan patah.
Sekali dua aku maklum, lalu membantu membetulkan, atau mengelem jika perlu. Namun, ternyata mainan lain juga menjadi "korban" atas keseruan anakku bermain. Robot biru pemberian guru sekolah Sekolah Minggu, lepas tangannya, lalu patah. Robot Optimus Prime patah satu rodanya. Mainan mobil dino yang ada keruknya lepas.
Lebih parah, keruk ekskavator (harganya lebih mahal) juga patah. "Ini kan sedang rusak ekskavatornya. Mau diganti dengan jarum penghancur batu!" ujar anak saat aku interogasi mengapa dia suka merusakkan mainannya. Itu terjadi beberapa hari setelah anakku menonton ekskavator dan jarum raksasa penghancur batu yang sedang tergeletak.
Apa anak tidak tahu, dulu papanya punya mainan mobil-mobilan cuma satu, itupun nemu di kebon. Diklaim teman lagi. Kini, anakku punya banyak mainan, bukannya dirawat malah ditarik, dilepas, dilempar, dan dipatahkan di sana-sini, jadinya rusak.
Mbah (Bapakku) yang akan paling sedih kalau mainan cucunya rusak. Padahal bukan dia yang membelikan. Kenapa anak suka merusakkan mainan? Mengutip dari beberapa sumber, berikut penjelasannya.
1) Bukan Merusak, Tapi Mengeksplorasi
Anak usia dini (terutama laki-laki) sering membongkar mainan bukan karena iseng, tapi karena rasa ingin tahu. Ia ingin tahu bagaimana mainan itu bekerja, seperti apa isinya, bagaimana bunyinya kalau dipukul. Ini termasuk bagian dari proses belajar dan eksperimen pribadinya.Â
2) Dorongan Motorik dan Energi Tinggi
Anak laki-laki umumnya memiliki aktivitas motorik lebih tinggi, banyak gerak, dan cenderung kasar dibanding anak perempuan. Mainan miliknya dilempar, dibanting, diputar keras, sebagai bentuk penyaluran energi dan eksperimen gerakan. Berbeda dengan anak perempuan yang main boneka Barbie yang harus dijaga dengan segenap hati dan jiwa.