Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Bu RW Bukan Istri Pak RW

17 Mei 2025   15:27 Diperbarui: 17 Mei 2025   15:27 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh plang ketua RW | foto: pionerlaser.com

Ini kisah nyata, antara lucu, konyol, dan... sedikit memalukan. Kalau Anda pernah salah kirim paket, mungkin bisa relate. Tapi jangan sampai salah kirim ke rumah Menhan ya! Nanti dikira barang mudah meledak, haha!

Hari itu, istriku menyuruhku mengantar pesanan pepaya ke rumah Bu RW. Sebagai suami siaga yang baik hati dan tidak sombong, tentu aku mengiyakan. Toh, cuma antar pepaya. Dekat pula, hanya beda RT. Aku pun berangkat dengan hati riang dan semangat pahlawan super.

Sebentar. Mari kita hargai dulu jabatan RW ini. Ketua RT saja dihormati warga satu lingkungan. Nah, Ketua RW...? Dia ini semacam "manajer area". Membawahi semua RT, selalu disapa ramah, dan kalau jalan ke warung aja suka dikasih senyum gratis oleh warga. 

Meski tidak digaji selayaknya anggota DPR yang kadang lebih sibuk mewakili isi perut sendiri, Pak RW tetap disegani. Maka siapa yang tak kenal Pak RW... ya mungkin cuma alien.

Kembali ke misi mengantar pepaya.

Dengan percaya diri, aku meluncur ke rumah Pak RW. Rumahnya mudah dikenali: cat hijau muda yang cukup menyilaukan, dan plakat timbul besar bertuliskan "Ketua RW X, Perum YZ". Valid. Tak mungkin salah.

Aku ketuk pintu. Yang keluar? Pak RW sendiri. Baiklah, mungkin Bu RW lagi masak atau rebahan. Aku bilang, "Ini, Pak, pepaya pesanan Bu RW." Tanpa curiga sedikit pun, Pak RW terima barangnya, bayar sesuai harga, dan aku pun pulang. Misi sukses!

Karena badan agak meriang, aku langsung tepar di kasur. Tidur siang adalah hak segala bangsa, apalagi kalau kepala sedang cenut-cenut.

Tapi belum sempat mimpi ketemu Raisa, istriku pulang---dan bukannya berterima kasih, dia malah membangunkanku dengan suara bernada tinggi seperti sirine kebakaran.

"Papa! Pepayanya kok belum diantar?!"

Aku bangun setengah sadar. "Lho? Udah tadi. Ke rumah Pak RW. Udah dibayar juga."

Dan saat itulah aku mendengar kalimat paling absurd sepanjang tahun:

"Bu RW itu bukan istrinya Pak RW!"

Hah...?!!

Bagaimana bisa? Bu RW bukan istri Pak RW? Emangnya jabatan RW sekarang sudah bisa LDR?

Istriku pun menjelaskan panjang lebar, seperti dosen senior--sudah masuk usia pensiun tapi tak mau dipensiunkan--memberi kuliah umum.

Ternyata, di perumahanku tercinta, jabatan Ketua RW memang unik. Dulu, ada satu orang---mantan pengurus RT---yang sukarela jadi Ketua RW. Sayangnya, belum genap setahun, beliau mengundurkan diri. Entah karena lelah, sibuk, atau rindu kampung halaman, tidak terang.

Lalu muncullah satu warga senior yang bersedia mengisi kursi kosong kehormatan tersebut. Tapi dengan satu syarat: tugas-tugas RW harus dibantu oleh orang yang lebih aktif, yaitu... seorang ibu yang bukan istrinya! Jadilah Pak RW dan Bu RW versi "profesional"---bukan pasangan, tapi rekan kerja. Seperti Batman dan Robin, tapi dalam bentuk pelayanan warga.

Begitulah. Hanya gara-gara pepaya sebiji, terbongkarlah fakta paling mengejutkan di kompleks: Bu RW ternyata bukan istri Pak RW. --KRAISWAN 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun